Bisnis.com, TOKYO - Duduk di deret pertama kelas bisnis pesawat JAL dengan nomor penerbangan JL 720, saya menyeruput jus apel yang disuguhkan oleh pramugari yang bernama Sato, gadis Jepang yang ramah. Inilah awal perjalanan untuk program peluncuran The New Lexus LC 500 di Hawaii, AS.
Penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Narita ditempuh dalam waktu 7 jam dan 20 menit. Adrian Tirtdjaja, GM Lexus Indonesia, yang mengundang saya asyik dengan telepon pintarnya. Sejak minum teh di salah satu cafe terminal 2 Bandara Soetta, profesional muda itu mulai berkisah tentang produk mobil mewah yang eksklusif ini.
Ayah dua anak ini, Kayla dan Dawson, mengawali karirnya di PT Toyota Astra Motor. Selepas kuliah S2 dengan menggondol dua master di bidang akuntansi dan marketing, Adrian tidak melamar kerja, tetapi dilamar. "Lulus dari Prasetya Mulia justru dilamar oleh Toyota. Jadi saya tidak pernah melamar pekerjaan," kata jebolan teknik industri Universitas Trisakti ini.
Di Toyota, Adrian bekerja dengan baik sehingga karirnya bagus. Nah, sukses mengelola Lexus saat ini ceritanya diawali ketika Toyota Astra Motor menggarap proyek untuk menggarap bisnis mobil Lexus pada tahun 2005. Ada tiga kandidat yang diminta oleh manajemen di bawah kendali Johny Darmawan, Presdir TAM ketika itu, masing-masing dengan 33 tahun pengalaman kerja dan 10 tahun. Adrian sendiri baru 2 tahun di TAM. "Pak Johny pilih saya karena masih fresh dengan usia 25 tahun," kenangnya.
Apa yang membuat manajemen memilih pria yang suka main piano ini? Ketika ditanya apa keyakinannya tentanng ekspansi dengan model bisnis yang baru, Ardian menjawab "Saya pastikan keputusan TAM dalam bisnis adalah keputusan yang paling berharga dan terbaik seperti ketika Toyota didirikan 25 tahun lalu."
Di sinilah Adrian sangat percaya diri. Ia tak mau tanggung dalam membuat konsep bisnis dan tidak harus sama seperti yang dilakukan kantor pusat di Jepang. Ia lalu pergi ke AS, Jepang, Eropa, Singapura, Thailand dan China, untuk mencari perbandingan bagaimana Lexus dikelola di negara lain. Dari keliling dunia, ia banyak memperoleh inspirasi. Namun tak cukup sampai di situ, ia juga ke Bali dan Jogjakarta yang kaya akan nilai-nilai budaya yang mengedepankan harmonisasi. Itulah yang menjadi inspirasi bagi Ardian untuk mendirikan unit Lexus Indonesia dan membuat komitmen mencengangkan manajemen. "Lexus di Indonesia akan lebih mahal dari harga sejenis di negara lain."
Untuk menopang pelayanan itu, ia tak mau tanggung, dalam mempersiapkan diri dan merekrut timnya. Untuk tampil di muka publik, ia belajar langsung kepada orang yang sukses memberikan pelatihan bagi para presiden AS. Namanya Mike Cannon. Maklum, Adrian cukup lama mencermati pengelolaan Lexus di negara Paman Sam itu.
Ia yang mengusulkan galeri Lexus seperti galeri seni sehingga memiliki karakter tersendiri dalam berbisnis. "Budayanya kita bangun bukan seperti dealer mobil. Ini kan gaya hidup, lebih dari sekadar bisnis mobil."
Begitu pun syarat utama dalam rekrutmen karyawan. SDM yang terpilih dengan sangat selektif dan mereka adalah orang yang mau bekerja dari hati. Tak bisa dipungkiri, pola kerja seperti itu harus dimulai oleh Adrian lebih dahulu. Walk the talk, anak buahnya tentu akan mengikutinya.
Di usia yang relatif muda, 38 tahun, bahkan sebagai GM Lexus termuda di seluruh dunia, Adrian harus tampil prima. Ia menjaga kebugaran dirinya secara cermat. Olah raga golf dan sepeda, menjadi pilihannya. Adrian menjelaslan filosofi kedua olah raga tersebut. Dalam golf, filosofi gerakannya adalah yang tidak biasa dalam kegiatan sehari-hari. Maknanya, harus ada cara baru terus dalam pengembangan diri dan bisnis. Itulah inovasi yang terus dilahirkan. Naik sepeda dengan rute yang menanjak sehingga diimplementasikan bahwa hidup memang harus naik terus terus. Ia sanggup bersepeda ke Bandung tanpa jeda seharian penuh.
Musik juga menjadi energi penambah semangat baginya. Setiap hari, ia memulai kerja dengan main piano selama 15 menit. Begitu pun pulangnya.
Ia disiplin harus memulai dengan rasa damai yang lahir dari musik klasik lewat tarian jemarimya di atas tuts piano. "Komunikasi via musik lebih nyambung."
Kok bisa begitu? Pria berdarah Bogor-Luwuk-Tionghoa ini lalu mengenang aktivitasnya ketika ia masih mahasiswa. Ketika memberikan les matematika untuk anak-anak SMA, ia mengawalinya dengan main piano. Mereka yang tak serius belajar, tapi senang mendengarkan permainan piano Adrian hingga akhirnya menjadi semangat bermatematika.
Kerja Sosial
Di tengah kesibukannya bekerja di tiga kantor yang tersebar di kawasan Menteng, Jakarta Pusat dan Sunter, Jakarta Utara, dan setiap awal pekan harus rapat di Singapura, profesional muda ini masih sempat kerja sosial di sebuah klinik di bilangan Kelapa Gading. Namanya, Griya Kasih. Ia memulai aktivitas sosialnya di sini pukul 8 malam dan kadang berakhir hingga tengah malam. "Ada lho dokter terkenal yang sehari harus melayani 100 pasien, akan tetapi masih praktek di klinik ini."
Adrian memang belum puas atas apa yang dicapainya. Namun cita-cita 12 tahun lalu ketika Lexus Indonesia didirikan dengan konsep galeri seni sehingga merupakan yang pertama di dunia dan kini menjadi benchmark bagi negara-negara lain. "Mereka datang ke Indonesia untuk melihat langsung. Itulah yang membuat kita bersyukur bahwa dari tangan orang Indonesia bisa melahirkan karya yang memberikan inspirasi bisnis bagi dunia."
Belum selesai Adrian bercerita, kami harus segera terbang. Perjalanan ke Honolulu dan transit di Tokyo dengan JAL, saya duduk di kelas bisnis dengan nomor kursi 1A di samping Indra, fotografer Kompas, dan dibatasi lorong duduk Adrian.
Setelah 3 jam perjalanan, Sato kembali menyapa saya. Kali ini menawarkan makan siang dengan menu pilihan antara Jepang dan Eropa. Saya pilih grilled salmon "Saikyo Miso" Flavor yang disuguhkan bersama miso soup, Japanese pickles dan es krim. Tak sempurna rasanya kalau menolak tawaran cappucino yang disuguhkan pramugari berambut sebahu itu.
Terbang lama tak terasa setelah membaca koran, majalah, novel dan menulis sambil menyaksikan film drama The Accountant, The Girl on The Train dan film aksi Inferno dengan bintang Tom Hanks, berdurasi masing-masing 123, 120 dan 121 menit.
Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, terdengar lewat corong suara, diawali dengan isyarat lampu di kabin, menyuruh penumpang mengencangkan sabuk-duduk, sebab pesawat milik maskapai Jepang ini siap-siap mendarat di bandara Narita, Tokyo.