Bisnis.com, JAKARTA - Pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS yang 'gemar' memberikan sindiran dan tamparan keras terhadap China, tentu saja sejumlah perusahaan dunia terhempas dampak dari ledakan ketegangan antara dua negara besar dunia tersebut.
Ketegangan itu akan menciptakan aksi boikot terhadap produk AS di China yang dipastikan akan mempengaruhi sejumlah merek besar asal AS, sebut saja Nike Inc., General Motors Co., Ford Motor Co. dan Tiffany & Co.
Sementara di sisi lain, sejumlah sanksi dan tarif yang diterapkan pemerintah AS tentu saja akan memberikan tekanan besar para eksportir elektronik asal China seperti Lenovo Group Ltd dan ZTE Corp.
"Banyak orang cenderung tidak berpikir bahwa kondisi perang perdagangan tersebut adalah sebuah skenario. Mereka melihat itu sebagai sebuah pertunjukan semata," kata Hao Hong, seorang analis di Bocom International Holdings Co. yang berbasis di Hong Kong.
"Saya pikir kemungkinan tersebut akan lebih besar," tambahnya.
Di satu sisi, Trump telah berjanji untuk memanfaatkan kekuasaan sah sebagai presiden untuk memperbaiki sengketa perdagangan dengan China termasuk penerapan sejumlah tarif.
Sebelumnya, Trump pernah menyinggung rencana penerapan pajak 45% terhadap berbagai impor China yang kemudian dibantah akan direalisasikannya. Setelah inagurasi kepresidenan dirinya pada 20 Januari, Trump melalui pidatonya mengisyaratkan 'kemungkinan besar' terhadap sejumlah friksi perdagangan.
Dari sudut pandang China, para produsen elektronik, garmen, dan berbagai produk rumah tangga yang bergantung pada konsumen AS diperkirakan menjadi korban terbesar jika ketegangan ini terus memanas seperti perusahaan teknologi nirkabel GoerTek Inc dan perusahaan garmen Regina Miracle International Holdigs Ltd yang meraup lebih dari 70% pendapatan mereka berasal dari pasar AS. Hal tersebut diungkapkan oleh Reto Hess, Head of Global Equity Research di Credit Suisse.
Perusahaan Lokal
Sebaliknya, jika para warga China melakukan aksi boikot terhadap merek AS seperti yang pernah mereka lakukan terhadap Jepang pada 2012 lalu terkait sengketa teritori perbatasan, tentu saja, kondisi demikian akan menguntungkan perusahaan lokal seperti produsen otomotif BYD Co dan produsen pakaian olahraga Anta Sports Products Ltd.
Tidak hanya itu, sejumlah merek asing selain AS akan merasa diuntungkan dengan kondisi tersebut. "Para konsumen China mungkin memutuskan untuk membeli mobil buatan Jerman daripada buatan AS atau lebih memilih produk Adidas daripada Nike," tutur Hess.
Sebuah skenario positif sulit untuk membayangkan bagi mereka terfokus pada peringatan Trump pada kampanyenya. "Ini sangat sulit untuk melihat pemerintahan Trump tidak melakukan apa-apa," jelas David Cui, seorang strategisy di Bank of America Corp yang berbasis di Singapura.
"Jika ketegangan mulai memanas, kemungkinan besar saham terkait akan dijual," ujarnya.