Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan pendapatan kuartalan yang lebih tinggi dari perkiraan, ternyata tidak mampu menolong menyelamatkan saham Ford Motor Co., yang merosot sebesar 5,5% menuju harga saham paling rendah sejak Agustus setelah perusahaan merilis laporan keuangan kuartal keempat.
Laporan tersebut tentu tidak menggembirakan bagi para investor. Kekecewaan para investor berawal dari komentar Chief Executive Officer Ford, Mark Fields, yang menyatakan bahwa pihak perusahaan tengah khawatir akan kurang menguntungkan tahun ini di Amerika Utara dengan pencapaian margin 10,2% tahun lalu.
"Sebagian besar keuntungan Ford berasal dari pasar AS dan Amerika Serikat dan secara tiba-tiba menyimpulkan bahwa penjualan otomotif di AS telah mencapai puncaknya di tahun 2016," kata Analis Morningstar Inc., David Whiston.
"Pasar menginginkan pertumbuhan. Jika perusahaan tidak tumbuh, maka itu berarti perusahaan tidak maju atau sedang sekarat," tambahnya.
Saham Ford tercatat turun menjadi US$11,20 yang merupakan harga intraday paling rendah sejak 24 Agustus. Saham tersebut sempat pulih meski ditutup menurun 1,2% menjadi US$11,71 di New York. Tahun ini, saham Ford telah merosot sebesar 17%.
Penjualan otomotif Ford di kuartal keempat naik 12% menjadi US$37,9 miliar atau melebihi estimasi analis sebesar US$36,7 miliar.
Sejumlah penjualan di luar negeri tercatat naik. Keuntungan penjualan sebelum pajak di Amerika Utara melonjak menjadi US$2,03 miliar dari US$1,6 miliar tahun lalu. Penjualan di Eropa menguat 11% menjadi 1,3 juta unit.
Sementara itu, laba sebelum pajak untuk penjualan di Asia Pasifik meningkat empat kali lipat menjadi US$444 juta dari US$95 juta serta penjualan di China tumbuh 3% menjadi 1,1 juta unit di tahun 2015.
"Kami benar-benar mulai melihat penjualan di pasar luar negeri mulai meningkat. Ini merupakan kesempatan besar bagi Ford untuk maju," kata CFO Ford Bob Shanks.