Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENJUALAN MOBIL: Pebisnis Berharap Badai Berlalu

Dua tahun terakhir industri otomotif Indonesia kembali diuji, penjualan mobil tersendat akibat pelambatan ekonomi. Di sisi lain pelaku industri menilai masih ada harapan target penjualan mencapai 1,9 juta unit pada 2020 bisa direalisasi jika badai segera berlalu
Ilustrasi/JIBI-Abdullah Azzam
Ilustrasi/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA- Dua tahun terakhir industri otomotif Indonesia kembali diuji, penjualan mobil tersendat akibat pelambatan ekonomi.

Di sisi lain pelaku industri menilai masih ada harapan target penjualan mencapai 1,9 juta unit pada 2020 bisa direalisasi jika ‘badai’ segera berlalu.

Target penjualan mobil 1,9 juta unit pada 2020 tersebut mengacu padaPermenperin No.123/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Sasaran Kuantitatif Industri Kendaraan Bermotor Jangka Panjang. Sementara itu, kondisi pasar pada 2014 dan 2015 memang bisa membuat jantung pelaku industri otomotif berdegup kencang.

Dua tahun terakhir, penjualan mobil tak sesuai harapan karena volumenya semakin melandai. Mengacu data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan pada 2014 hanya menapak jumlah 1,208 juta unit. Jumlah itu menurun tak signifikan dari 2013 yang tercatat 1,229 juta unit.

Penurunan penjualan pada tahun lalu itu seakan memberi sinyal pada pelaku bisnis otomotif bahwa grafik penjualan tidak akan selamanya menanjak. Maklum saja, penurunan penjualan yang terjadi tahun lalu merupakan yang pertama kali sejak 2009.

Pada 2009 mobil yang terjual hanya 486.061 unit, menurun dari raihan tahun sebelumnya yang menjejak jumlah 607.805 unit. Sedangkan pada 2010 penjualan mobil kembali terkatrol menjadi 764.709 unit, setahun berikutnya menanjak hingga 894.164 unit.

Pada 2012 penjualan mobil semakin melaju kencang hingga mencapai angka 1,116 juta unit. Raihan tersebut sekaligus menjadi yang pertama dalam sejarah penjualan mobil di Tanah Air menembus jumlah 1 juta unit lebih.

Sementara itu, penjualan pada periode Januari-Agustus 2015 baru sekitar 671.185 unit, menurun dari kurun waktu yang sama tahun lalu yang sebanyak 830.096 unit. Dengan raihan di delapan bulan pertama tahun ini, Gaikindo memprediksi total penjualan mobil tahun ini akan di bawah 1 juta unit.

Mengomentari hal itu, General Manager Marketing Strategy and Product Planning PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Budi Nur Mukmin menilai pelaku bisnis otomotif tak perlu terlalu pesimistis menatap pasar ke depan.

Menurutnya, ada satu faktor di konsumen Indonesia yang cukup unik yang dia sebut pend up demand. Yaitu sikap menahan pembelian ketika kondisi ekonomi memburuk. Akan tetapi, saat kondisi ekonomi lebih stabil konsumen akan melakukan belanja, bahkan grafik penjualan akan terkatrol cukup tinggi.

“Konsumen itu punya duit tapi disimpan di bank karena dolar naik suku bunga tinggi, begitu ekonomi membaik mereka spending. Ini kejadian dua kali pada saat krisis ekonomi 1998, itu fenomena unik terjadi lagi 2006 dan saya pikir fenomena itu akan terjadi lagi,” katanya, Rabu (16/9/2015)

Budi mencontohkan, pada 2006 kondisi ekonomi dunia termasuk Indonesia terguncang kasus Lehmans Brothers yang diperparah harga minyak dunia yang anjlok. Gaikindo mencatat, pada tahun tersebut penjualan mobil hanya 318.904 menurun dari tahun sebelumnya yang sebanyak 533.922 unit.

Pada 2007 penjualan mobil menjadi 434.473 unit dan tahun berikutnya melejit kembali hingga sebanyak 607.805 unit. Pada 1998 total penjualan mobil yang terdampak krisis hanya 58.311 unit sekaligus menjadi yang terkecil dalam sejarah republik ini sejak 1991 hingga kini.

Jumlah itu pun menurun drastis dari raihan pada 1997 yang mencapai 386.691 unit. Sedangkan pada 1999 bertumbuh kembali mencapai 93.618 unit dan meroket pada tahun berikutnya menjadi 294.578 unit.

Dirrektur pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Rahmat Samulo mengamini Budi. Bahkan menurutnya 1,9 juta unit pada 2020 masih realistis. Dia menilai, dengan usaha pemerintah dalam memperbaiki kondisi ekonomi saat ini, tahun depan pasar bisa kembali terkatrol.

“Berbicara pasar ada kemungkinan tahun depan akan bertumbuh dibandingkan tahun ini. Tapi pertumbuhannya tidak akan signifikan perkiraaan kami 3% sampai 5%,” imbuhnya.

Naiknya pasar memang dinilai pelaku usaha akan bertahap. Tahun depan, sisa-sisa pengaruh pelambatan ekonomi diperkirakan masih ada sehingga penaikan diperkirakan Samulo tidak terlalu besar. Akan tetapi lonjakan bisa terjadi tahun berikutnya, jika kondisi ekonomi benar-benar pulih.

Sementara itu, Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra mengatakan penjualan mobil bisa bisa kembali melejit jika buying power konsumen otomotif di dalam negeri bisa terjaga.

Terpeliharanya kemampauan daya beli masyarakat diakui pelaku bisnis erat kaitannya dengan usaha pemerintah mengontrol stabilitas ekonomi. Sedangkan yang dilakukan pelaku industri adalah peningkatan daya saing produk agar bisa diterima konsumen.

“Harapan kami adalah bagaimana pemerintah menurunkan suku bunga, menjaga pertumbuhan ekonomi sehingga menjaga daya beli masyarakat. Kalau itu tidak ada susah menjual produk karena daya beli itu sangat penting,” ucap Amelia.

Terkait pasar tersebut, Ketua Umum Gaikindo Sudirman M. Rusdi angkat bicara. Menurutnya, sebelum pasar menurun pada 2014, kurang lebih tujuh tahun sebelumnya rata-rata penaikan total penjualan mobil dalam negeri mencapai 24,3%.

Persentase tersebut bisa dibukukan pelaku industri saat pertumbuhan ekonomi pada rata-rata 6% dengan nilai tukar rupiah terhadap US$ di kisaran Rp9.000-Rp10.000 per US$1. “Kalau ke depannya bisa balik tumbuh di 2016 atau 2017 ke angka 6% lagi industri otomotif bisa mengikuti akan tumbuh lagi,” cetusnya.

Akan tetapi, lanjut dia, jika kondisi pelambatan ekonomi seperti tahun ini konsisten terjaga, pencapaian total penjualan mobil 1,9 juta unit bisa molor hingga 2022.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper