Bisnis.com, JAKARTA-- Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman MR mengatakan bahwa penurunan jumlah penjualan mobil menyebabkan jumlah pruduksi kendaraan menurun padahal total kapasitas produksi mobil di Indonesia cukup tinggi.
Ia mengungkapkan produksi mobil di semester I sebesar 577.507 unit atau turun 14% jika dibandingkan dengan jumlah produksi di periode yang sama tahun lalu.
"Padahal total kapasitas produksi yang terpasang saat ini 1.928.000 unit," kata Sudirman di Jakarta, Sabtu (8/8/2015).
Sementara itu, target produksi mobil yang akan dipasang Gaikindo tahun ini ditetapkan sebesar 1.050.000 unit ditambah dengan jumlah ekspor 200.000 unit sehingga total kapasitas produksi mencapai 1.250.000 unit.
"Dibandingkan kapasitas yang tersedia, produksi masih dibawah target," ujar Sudirman.
Namun, sayangnya Sudirman tak menjelaskan apakah tingginya produksi akan membuat agen pemegang merek jor-joran memangkas harga jual.
Penjualan mobil dalam negeri pada semester pertama (Januari-Juli) turun 18% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yang sama. Penjualan hanya mencapai 525.458 unit, sedangkan jumlah ekspor mobil dari Indonesia stagnan.
Ekspor kendaraan utuh atau CBU pada semester I mencapai 107.448 unit sedangkan jumlah ekspor kendaraan rakitan atau CKD mencapai 50.448 unit.
Menurut Sudirman, kebijakan baru pemerintah terkait penurunan besaran uang muka (down payment/DP) kendaraan belum memberikan pengaruh terhadap penjualan.
"OJK (Otoritas Jasa Keuangan) memang sudah mengeluarkan ketentuan untuk menurunkan DP kembali. Cuma memang pengaruhnya belum terasa karena faktornya kan daya beli," tutur Sudirman.
Ia berharap agar pencapaian penjualan pada semester II tidak menurun bahkan ada perbaikan.
"Proyeksi semester II, kami anggap paling tidak semester II masih kurang lebih sama. Akan dilihat lagi kalau belanja pemerintah di semester II ini meningkat, baru mungkin ada perbaikan," jelasnya.
Meskipun begitu, ia masih optimistis. "Peluang kedepan masih akan meningkat lagi dibanding tahun-tahun saat ini," ujar Sudirman.
"Kalau nanti GDP naik lagi tahun depan, kami harapkan pasar naik lagi. Industri secara peralatan sudah siap," tambahnya.