Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Sepeda Motor Anjlok 26%

Total penjualan sepeda motor secara wholesales pada April 2015 hanya 538.744 unit, merosot sekitar 26,12% dari periode yang sama tahun lalu yang menapak 729.279 unit
/Bisnis.com
/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Total penjualan sepeda motor secara wholesales pada April 2015 hanya 538.744 unit, merosot sekitar 26,12% dari periode yang sama tahun lalu yang menapak 729.279 unit.

Merujuk data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), capaian pada April 2015 pun menjadi yang terendah setidaknya sejak 2013. Pada April 2013 total penjualan sepeda motor mencapai 660.505 unit.

Dengan capaian pada April 2015 tersebut, penjualan empat bulan pertama tahun ini hanya sebanyak 2,185 juta unit. Rinciannya, penjualan dari Januari hingga maret 2015 berturut-turut 513.816 unit, 570.524 unit, dan 562.185 unit.

Jumlah penjualan pada Januari-April 2015 tersebut menurun sekitar 19,6% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 2,719 juta unit. Pada tiga bulan pertama tahun lalu total penjualan berturut-turut 580.288 unit, 681.267 unit, serta 728.820 unit.

Sedangkan penjualan pada periode Januari-April 2013 mencapai 2,673 juta unit. Pada tiga bulan pertama di tahun tersebut penjualannya adalah Januari 649.983 unit, Februari 653.357 unit, dan Maret 667.483 unit.

Dari informasi yang dihimpun Bisnis, pelaku industri otomotif mengakui pelambatan ekonomi menurunkan daya beli masyarakat. Terlebih sebagian besar konsumen sepeda motor adalah golongan menengah ke bawah.

Ketua Bidang Komersial AISI Sigit Kumala mengakui hingga bulan keempat pada tahun ini belum ada tanda pasr akan membaik. Dia mengatakan, konsumen cenderung menunda pembelian barang kebutuhan non primer seperti motor.

“Makin menurun apa lagi harga kebutuhan pokok naik seperti gas, atau pun tarif listrik. Pelambatan ekonomi ini berpengaruh pada semuanya bukan industry otomotif saja,” katanya kepada Bisnis, Selasa (12/5).

Menurut Sigit hal tersebut diperparah pula dengan panen yang tak sesuai harapan di beberapa daerah yang perekonomiannya ditopang sektor pertanian dan perkebunan.

Meski demikian, pihaknya optimistis pasar ke depan akan kembali merangkak. Hal itu karena terdorong faktor Lebaran dan optimisme pelaku industry terhadap pemerintah yang akan menggenjot pembangunan dan diharapkan menarik pertumbuhan ekonomi.

Deputy Head Sales Promotion Department PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) Michael Chandra Tanadhi mengatakan wajar jika wholesales semakin menurun.

Di saat permintaan konsumen berkurang karena daya beli menurun, pihak pabrikan harus menyelaraskan pasokan. Jika tidak, stok di diler akan menumpuk.    

“Stok di pasar banyak, wholesales turun. Agen pemegang merek (APM) mereduksi stok di diler karena kalau tetep push percuma daya serap tidak sebanding pabrikan bisa lost profit,” ujarnya kepada Bisnis dalam kesempatan berbeda.

Menurutnya, jika wholesales tak dibatasi diler harus melakukan skema diskon besar-besaran. Hal iitu tentu saja akan merusak nilai beli kembali pada sepeda motor.

Pada April wholesales Kawasaki hanya 5.679 unit. Padahal di kuartal I/2015 penjualannya selalu menembus angka 10.000 unit lebih. Rinciannya, Januari 11.062  unit, Februari 18.515 unit, dan Maret 16.162 unit.

General Manager and Sales Roda Dua PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) Yohan Yahya mengamini jika pelambatan ekonomi ‘merusak’ pasar sepeda motor. Di sisi lain dia menilai, pelambatan ekonomi pun berpengaruh pada semua sektor.

Saat sektor lain terpengaruh, seperti harga kebutuhan pokok, dampaknya menjadi sangat panjang sehingga sulit membangkitkan optimisme pasar.

“Yang utama karena pelambatan ekonomi, daya beli tidak ada dan tidak hanya di otomotif tapi semu sektor. Di Sektor perkebunan pun harga komoditas belum bagus, sehingga kemungkinan besar pasar sepeda motor tahun ini akan turun,” ucapnya.

Yohan menambahkan, walaupun demikian dia optimistis pasar akan kembali naik di kisaran 600.000 unit sebulan karena tergenjot Lebaran, dan pelaksanaan program pembangunan pemerintah.

Dia menggambarkan, penaikan bisa terjadi sebelum dan setelah Lebaran. Kemudian pasar turun kembali. Setelah itu pasar akan kembali tergenjot di akhir tahun. Skema tersebut menurutnya, terjadi hampir setiap tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper