Bisnis.com, TOKYO- Nissan Motor Co dan mitranya Renault telah menangguhkan pemesanan beberapa jenis mobil di Rusia dan akan menaikan harga jual menyusul melemahnya nilai tukar mata uang Rubel Rusia.
"Kami tidak menerima lagi pemesanan beberapa produk," ujar Chief Executive Carlos Ghosn, sebagaimana dikutip dari Reuters, Sabtu (20/12/2014).
Namun demikian, tidak semua jajaran produk keduanya berhenti dipasarkan, melainkan hanya model tertentu yang menurutnya terpengaruh dengan situasi depresiasi rubel.
Nilai tukar mata uang Rusia belakangan jatuh sekitar 50% dibandingkan dolar AS, sehingga menyebabkan produsen mobil terpaksa menaikan harga jual, serta mengalami surutnya permintaan.
Nissa telah bersiap mengerek harga jual dari separuh jajaran produknya yang dijual di Rusia. Kenaikan tersebut sekitar 5% hingga 8%, khususnya produk yang membutuhkan suku cadang impor lebih banyak.
Rusia adalah pasar terbesar kelima buat Nissan yang telah bermintra dengan Renault. Mereka mempunyai kepemilikan mayoritas di Avtovaz OAO, produsen mobil terbesar dari Rusia.
Ghosn mengatakan kemitraan antara Nissan dan Renault diharapkan mampu menaikan pangsa pasar dari 35% saat ini menjadi 40%.
Dia meyakini bahwa pasar Rusia ke depannya tetap stabil. Nissan sendiri berencana menaikan kapasitas pabrik di St. Petersburg menjadi 100.000 unit kendaraan per tahun, setara 100% dari kapasitas saat ini.