Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BBM Naik, Pasar Truk Kian Melandai

Kenaikan harga bahan bakar yang dipastikan pemerintah berlaku akhir tahun ini disinyalir akan menurunkan pasar truk pada 2014 hingga 17%
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Kenaikan harga bahan bakar yang dipastikan pemerintah berlaku akhir tahun ini disinyalir akan menurunkan pasar truk pada 2014 hingga 17%.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, hingga kuartal III/2014 realisasi penjualan dari pabrikan ke diler di segmen truk mencapai 85.544 unit.

Rinciannya, kelas truk ringan mencapai 73.003 unit. Sedangkan truk menengah mencapai 9.132 unit, dan truk kelas berat mencapai 7.409 unit.

Menurut Executive Marketing Director PT Kramayudha Tiga Berlian (KTB) Rizwan Alamsjah selaku agen pemegang merek (APM) Mitsubishi, pasar truk pada periode Januari-September 2014 telah turun sekitar 14%-15%.

Pada periode yang sama tahun lalu pasar truk mencapai 106.573 unit.

Rizwan mengatakan, pasar truk tahun ini terganggu kondisi politik Indonesia yang berpengaruh langsung pada ekonomi.

Kondisi tersebut diperburuk dengan harga komoditi dan barang tambang seperti karet, sawit, dan batu bara yang anjlok.

“Ada rencana bahan bakar naik pembeli besar sudah menahan. Sebagai pelaku pasar berharap lebih cepat naik bahan bakar supaya pasar ada kepastian, jadi transaksi berjalan tidak spekulasi. Kuartal IV/2014 akan lebih turun 1%-2%. Hingga akhir tahun pasar truk bisa turun sampai 17%,” kata Rizwan kepada Bisnis, Rabu (5/11).

Rizwan mengatakan, positifnya dampak dari kenaikan harga bahan bakar adalah balance of trade. Hal ini akan terjadi saat pemerintah mengalokasikan subsidi ke sektor riil yang lebih tepat guna sehingga rupiah menguat.

Di sis lain hal itu akan menumbuhkan optimisme pasar dan menyuburkan kembali penanaman modal.

Rizwan berasumsi dampak kenaikan bahan bakar terhadap penjualan truk akan mudah diatasi jika pemerintah dapat menjaga iklim ekonomi tetap positif.

Akan tetapi dampak anjloknya pasar komoditi terhadap penjualan truk sulit mengalami perbaikan karena bergantung pada pasar ekspor.

Pada kuartal I/2015 pun Rizwan memprediksi pasar truk masih akan melandai bahkan turun sekitar 20% dari penjualan rata-rata per bulan pada 2014 sekitar 7.100 unit lebih.

“Itu mungkin akan terjadi di tiga bulan pertama. Nanti meningkat lagi, bahkan pasar 2015 saya rasa akan kembali seperti 2013. Karena masalahnya adalah kenaikan bahan bakar yang tertunda. Di sisi lain pemerintah dianggap bisa menjaga stabilitas,” ujar Rizwan.

Menurut Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Yohannes Nangoi, meski kenaikan harga bahan bakar ditempuh akhir tahun dampaknya tetap ada. Tetapi dia menilai dampaknya tidak akan signifikan.

Sebabnya, saat harga bahan bakar naik kondisi politik cenderung sudah membaik dibandingkan dengan sebelum presiden baru dilantik.

“Kondisi politik dan ekonomi cenderung stabil di kuartal IV/2014. Hal itu mendorong roda bisnis jalan kembali,” kata Yohannes.

Pada 2014 dia memperkirakan pangsa truk tidak akan menembus 10% dari total pasar otomotif.

Hingga September truk berkontribusi sekitar 9,2% dari total pasar otomotif 932.943 unit.

Terkait pasar 2015, Yohannes berasumsi kenaikan bahan bakar tidak akan berpengaruh signifikan jika pemerintah mampu menjaga stabilitas ekonomi dan politik.

Sekretaris Umum Gaikindo Noegardjito mengatakan, kenaikan bahan bakar harus diimbangi subsidi bagi kendaraan pelat kuning.

Dalam hal ini, subsidi dikenakan bukan pada bahan bakar. Subsidi yang tepat guna akan menjadi pendorong pertumbuhan truk sebagai angkutan barang.

“Truk angkutan barang jarak jauh seperti rute Jakarta-Surabaya biasanya dilakukan cek kondisi dalam jarak tertentu. Untuk perawatan yang mahal bukan di jasa biasanya, tapi di suku cadang. Jadi subsidi bisa dikenakan pada suku cadang,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper