Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksikan pasar kendaraan alat berat berpeluang tumbuh sekitar 1% - 2%. Kondisi ini masih terpengaruh kesehatan bisnis pertambangan, batu bara misalnya, yang belum pulih.
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Budi Darmadi mengatakan pergeseran fokus penjualan dari pertambangan ke infrastruktur dan logistik belum memberikan hasil signifikan.
“Produksi kendaraan alat berat feeling saya kalaupun naik hanya sektiar 1% hingga 2%. Pertambangan masih slow down jadi penjualan alat berat juga slow down,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (21/4/2014).
Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) sebelumnya mencatat penurunan produksi sekitar 5% selama triwulan pertama tahun ini dibandingkan dengan kuartal I/2013. Penyusutan tipis ini dianggap sama saja realisasi produksi stagnan.
Selama Januari-Maret 2014, industri alat berat domestik memproduksi 1.165 unit. Padahal, periode yang sama tahun lalu mencapai 1.234 unit. Total kebutuhan di lapangan urung bergerak dari kuartal IV/2013 di kisaran 2.500 unit.
Kalangan produsen berharap jajaran pemerintah baru mampu menggenjot implementasi proyek infrastruktur guna menopang lemahnya penjualan alat berat ke pertambangan. Kini, sekitar 30% penjualan terserap ke infrastruktur, perkebunan 20% - 25%, dan pertambangan tinggal 40%.