Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Otomotif Tahun Ini Lemah Dianggap Wajar

Pelaku usaha sektor otomotif menilai aliran investasi baru yang masuk pada tahun ini tak sekencang tahun lalu sebagai kewajaran. Pasalnya, market juga diyakini tak bertumbuh banyak malah berpotensi anjlok.
Pameran mobil di Jakarta
Pameran mobil di Jakarta

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha sektor otomotif menilai aliran investasi baru yang masuk pada tahun ini tak sekencang tahun lalu sebagai kewajaran. Pasalnya, market juga diyakini tak bertumbuh banyak malah berpotensi anjlok.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yongkie D. Sugiarto mengatakan jika pasar saja stagnan tentu tak ada produsen otomotif yang minat berinvestasi. “Penjualan mobil melambat, wajar kalau investasi tidak tumbuh sekencang pada 2012 ke 2013,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (27/2/2014).

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) baru-baru ini menyampaikan investasi di sektor otomotif dan komponen tumbuh 120% pada tahun lalu. Selama 2012, baru terkumpul US$1,68 miliar lantas naik menjadi US$3,7 miliar sepanjang 2013.

Perolehan 2013 itu tumbuh 10 kali lipat dibandingkan 2010. Tetapi, kucuran investasi pada tahun ini dinilai cenderung stagnan. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksi kapital yang akan masuk hanya sekitar US$4 miliar.

Menurut Jongkie, besarnya investasi yang muncul sepanjang tahun lalu terdorong implementasi program mobil ramah lingkungan harga terjangkau (low cost and green car/LCGC). Sebab, seluruh prinsipal yang berkomitmen masuk ke dalamnya wajib melokalisasi sekitar 85% kegiatan produksi.

“Jadi, investasi yang dilakukan tahun ini masih kelanjutan dari tahun lalu. Investasi itu masih berjalan dan belum tuntas,” ucapnya.

Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian domestik, Gaikindo memproyeksi penjualan mobil hanya di kisaran 1,23 juta unit. Jika makro ekonomi loyo sales bahkan diproyeksi turun menjadi 1,1 juta unit.

Gaikindo menggarisbawahi sejumlah hal dari perekonomian RI tahun ini, khususnya pertumbuhan ekonomi yang sukar loncat dari 5,5% per tahun. Pertimbangan lain ialah pergerakan BI rate, inflasi, nilai tukar rupiah, penaikan pajak kendaraan, pemilu, upah buruh, serta kenaikan tarif listrik industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper