Bisnis.com, JAKARTA—Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) ragu program mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car/LCGC) dapat mendorong pengembangan industri otomotif di dalam negeri seperti yang digaungkan pemerintah.
Ketua Pengurus Harian YLKI Sudaryatmo berpendapat LCGC hanya menempatkan Indonesia sebagai pasar semata. Mobil murah dengan 80% komponennya buatan lokal cuma membuat industri otomotif Indonesia berkembang secara semu.
"Program mobil murah itu hanya menguntungkan produsen otomotif dari luar negeri, kita tetap sebagai pasar saja. Biarpun komponennya diproduksi di dalam negeri tapi tetap saja dalam kendali prinsipal mobil asing. Memangnya ada brand lokal?" katanya kepada Bisnis, Senin (19/8/2013).
Program LCGC dinilai sebagai bukti betapa pengambilan kebijakan oleh pemerintah lebih berpihak kepada kepentingan pengusaha. Untuk menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat, menurut Sudaryatmo, bukan dengan mendorong penggunaan kendaraan pribadi melainkan meningkatkan pemanfaatan angkutan umum.
Jika yang digarap secara masif adalah fasilitas transportasi publik tentu bukan hal menggembirakan bagi pelaku industri otomotif. Bagi YLKI, kehadiran mobil murah menunjukkan ketidakmampuan pemerintah melakukan lobi terhadap pengusaha.
"Kalau orientasinya kepada penggunaan angkutan pribadi tanpa didukung percepatan pembangunan infrastruktur jalan sekaligus perluasannya hanya akan jadi sumber masalah. Faktanya, ekspansi lebar jalan stagnan kan," tutur Sudaryatmo.