Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merger Renault-Nissan, Kesepakatan Bakal Alot di Pemerintah Prancis

Renault SA dan Nissan Motor Co disebut tengah proses pembicaraan untuk melakukan merger. Namun, pembicaraan itu menjadi alot karena pemerintah Prancis enggan melepas 15% sahamnya di Renault, dan pihak Jepang berpotensi menolak kesepakatan bila struktur ketat dari pemerintah Prancis tetap ada.
Nissan/Reuters-Nigel Roddis
Nissan/Reuters-Nigel Roddis

Bisnis.com, JAKARTA - Renault SA dan Nissan Motor Co disebut tengah proses pembicaraan untuk melakukan merger. Namun, pembicaraan itu menjadi alot karena pemerintah Prancis enggan melepas 15% sahamnya di Renault, dan pihak Jepang berpotensi menolak kesepakatan bila struktur ketat dari pemerintah Prancis tetap ada.

Analis Macquarie Janet Lewis mengatakan di dunia otomotif, ukuran besar perusahaan menjadi sangat penting. Namun, rencana transaksi merger antara Renault dan Nissan ini ada satu masalah yang harus diperhatikan yakni, Pemerintah Prancis dan pihak Jepang.

"Soalnya, Prancis dan Jepang ingin mempertahankan sebagai perusahaan otomotif nomor satu di negara masing-masing," ujarnya seperti dikutip Bloomberg pada Sabtu (31/3/2018).

Menurut sumber Bloomberg yang tidak mau disebutkan namanya, aksi merger Renault-Nissan itu akan membuat aliansi kedua perusahaan ditambah Mitsubishi Corp berakhir. Nantinya, Renault-Nissan, serta Mitsubishi yang pemegang sahamnya adalah Nissan akan menjadi satu perusahaan.

Saat ini, Renault telah memiliki 43% saham Nissan, sedangkan pembuat mobil asal Jepang itu memiliki 15% saham Renault.

Chairman Nissan dan Renault Carlos Ghosn pun akan berupaya mendorong negosiasi demi melakukan merger kedua perusahaan yang berasal dari Jepang dan Prancis tersebut.

Saham

Dalam pembahasannya, Nissan akan memberi  sahamnya kepada pemegang saham Renault di perusahaan baru pascamerger. Lalu, para pemegang saham Nissan saat ini juga akan mendapatkan bagian saham di perusahaan baru.

Pascamerger, Nissan-Renault akan mempertahankan kantor pusat di Jepang dan Prancis.

Namun, aksi merger dua perusahaan otomotif dunia itu akan sulit untuk menemeui kesepakatan. Pasalnya, pemerintah Prancis yang memiliki 15% saham Renault disebut ogah melepaskan atau mengurangi porsi sahamnya.

Sementara itu, berbagai pihak terkait enggan berkomentar lebih detail terkait rencana aksi merger tersebut.

Juru bicara aliansi Renault-Nissan tidak berkomentar tentang rumor dan spekulasi merger itu, sedangkan juru bicara kementerian keuangan Prancis meolak berkomentar. Begitu juga perwakilan Nissan dan Renault berbasis di Jepang juga menolak berkomentar.

Sebelumnya, Ghosn mengatakan pihak Jepang kemungkinan tidak akan setuju bila perusahaan hasil merger memiliki struktur yang ketat seiring dengan pemerintah prancis tetap menjadi pemegang saham.

Pada akhir pekan lalu, harga saham Renault mencatatkan kenaikan tertinggi lebih dari satu dekade setelah naik 5,8%. Nilai pasar Renault menjadi senilai 29 miliar euro atau US$36 miliar, sedangkan saham Nissan naik 0,5% dengan nilai perusahaan 4,6 triliun yen atau US$44 miliar.

Adapun, aliansi Renault-Nissan menargetkan penjualan bisa tembus 14 juta unit pada 2022. Nilai itu naik 32,07% dari pencapaian sepanjang 2017 yang sebesar 10,6 juta unit.

Pada tahun lalu, posisi Nissan berada di peringkat kedua dengan penjualan terbanyak, sedangkan di peringkat satu masih ada Volkswagen yang mampu menjual 10,7 juta unit. Lalu, pada posisi ketiga ada Toyota yang menjual 10,4 juta unit.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Surya Rianto
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper