Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Untung-rugi Danantara Masuk Proyek Baterai EV Huayou & CATL

Danantara menargetkan kepemilikan saham sebesar 51% yang dikuasai oleh BUMN di proyek pabrik baterai EV Huayou-CATL
Fasilitas penelitian dan pengembangan Contemporary Amperex Technology Co (CATL) di Shanghai, China, Selasa (22/4/2025)/Bloomberg-Qilai Shen
Fasilitas penelitian dan pengembangan Contemporary Amperex Technology Co (CATL) di Shanghai, China, Selasa (22/4/2025)/Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) bakal masuk ke proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) Indonesia, yang digarap oleh dua perusahaan besar asal China yakni Huayou dan CATL.

Pakar Otomotif dan Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, Danantara menargetkan kepemilikan saham sebesar 51% yang dikuasai oleh BUMN. 

Menurutnya, proyek strategis ini bertujuan mengembangkan seluruh ekosistem baterai EV, mulai dari penambangan bahan baku hingga produksi baterai. Dengan keterlibatan Danantara, pemerintah Indonesia berharap dapat menjadi pengendali atau pemegang saham mayoritas.

Yannes mengatakan, proyek tersebut dapat mempercepat pengembangan industri baterai EV nasional, menarik investasi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing RI di pasar global. 

"Keuntungannya, selain Indonesia akan mendapatkan bagian dari keuntungan proyek, jika dapat jadi pemilik saham mayoritas, kita bisa mendorong kesempatan untuk transfer teknologi dari Huayou dan CATL, serta pengembangan SDM kita di bidang baterai EV," ujar Yannes kepada Bisnis, dikutip Senin (26/5/2025).

Pasalnya, salah satu kunci utama mobil listrik (BEV) adalah di komponen baterai. Alhasil, harapan ke depannya dengan pengembangan SDM unggul ini kelak akan menciptakan tenaga kerja terampil yang mampu mengoperasikan dan mengembangkan industri baterai EV.

Kendati demikian, Yannes menyebutkan ada juga risiko investasi jika Danantara masuk proyek baterai EV Huayou dan CATL. Di satu sisi perlu belanja modal (capital expenditures/capex) sekitar US$9,8 miliar atau sekitar Rp161 triliun.

Dia menilai, jika semua lancar dan tidak ada perubahan arah perkembangan BEV dunia, Indonesia bisa dapat untung besar dengan meningkatkan nilai tambah tambang RI seperti misalnya nikel hingga jadi battery cell dan packs bisa mencapai hingga 150 kali lipat. 

"Namun, perlu a great deal of money, yang jika proyek tidak segera menghasilkan return yang tinggi bakalan jadi beban keuangan negara yang signifikan," jelasnya.

Alhasil, dia menilai agar potensi yang ingin dicapai demi mendorong peningkatan pendapatan negara berjalan lancar, perlu tata kelola proyek yang ketat serta tim koordinasi yang kuat dan efektif, baik internal Indonesia maupun dengan Huayou dan CATL, untuk memastikan bahwa semua lembaga bekerja sama secara sinergis.

Negosiasi Porsi Saham

Diberitakan sebelumnya, Danantara sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) baru itu rencananya akan masuk ke dalam konsorsium Indonesia pada dua proyek baterai EV itu guna menambah kepemilikan saham nasional. 

"Ada Danantara yang kita akan ikut masuk dalam rangka memperkuat dari konsorsium ini sehingga diharapkan kepemilikan dari proyek ini mayoritas bisa berada di konsorsium Indonesia, baik itu melalui BUMN maupun juga bersama-sama dengan Danantara langsung," terang Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan Roeslani pada konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/5/2025). 

Untuk diketahui, porsi kepemilikan saham Indonesia pada proyek baterai berbasis nikel, baik yang digarap Huayou (Proyek Titan) maupun CATL (Proyek Dragon), di sisi hulu atau proyek tambang sebesar 51% atau mayoritas. 

Akan tetapi, pada tahapan selanjutnya yang terbagi dalam beberapa joint venture (JV), porsi kepemilikan saham Indonesia melalui BUMN baru mencapai 30%. Presiden Prabowo Subianto disebut memerintahkan agar porsi itu ditambah hingga 40% sampai dengan 50%. 

Rosan menjelaskan, Proyek Titan, yang kini resmi diambil alih Huayou dari LG Energy Solution, memiliki nilai investasi US$9,8 miliar. LG telah mengucurkan investasi sebesar US$1,2 miliar dan sisanya sebesar US$8 miliar bakal dilanjutkan oleh Huayou. 

Sementara itu, Proyek Dragon yang digarap CATL memiliki nilai investasi US$6 miliar dan juga meliputi hulu-hilir pengembangan baterai mobil listrik. Rosan mengaku dengan masuknya Danantara, kendala pendanaan proyek tersebut bisa diatasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper