Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Malaise Penjualan Mobil Baru, Fakta Daya Beli Masyarakat Merosot

Kinerja penjualan mobil baru mencatatkan pelemahan sepanjang periode Januari hingga Juli 2024. Hal itu mencerminkan daya beli masyarakat yang kian melemah.
Sejumlah mobil baru terparkir di salah satu pabrik di Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (13/3/2024). ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Sejumlah mobil baru terparkir di salah satu pabrik di Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (13/3/2024). ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja penjualan mobil baru mencatatkan pelemahan sepanjang periode Januari hingga Juli 2024. Hal itu mencerminkan daya beli masyarakat yang kian melemah.

Malaise pasar otomotif sepanjang tahun berjalan itu membuat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mempertimbangkan untuk merevisi target penjualan mobil, dari yang sebelumnya sebesar 1,1 juta unit pada tahun ini.

"[Revisi target] masih akan dibahas dengan para anggota Gaikindo atau agen pemegang merek [APM]," ujar Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto kepada Bisnis, belum lama ini.

Gaikindo mencatat, penjualan mobil secara wholesales di Indonesia sebanyak 74.160 unit pada Juli 2024. Angka itu mengalami penurunan 7,9% secara year-on-year (YoY) dibandingkan capaian Juli 2023 sebesar 80.504 unit.

Sementara itu, angka penjualan mobil secara retail sebesar 75.609 unit pada Juli 2024, atau turun tipis 1% dibandingkan Juli 2023 sebanyak 76.358 unit.

Adapun, sepanjang Januari - Juli 2024, total penjualan secara wholesales tercatat sebesar 484.236 unit atau ambles 17,5% YoY dari periode sama 2023 sebesar 586.931 unit.

Sementara itu penjualan ritel juga turun 12,2% YoY menjadi 508.050 unit pada 7 bulan pertama 2024, dibandingkan 578.891 pada periode yang sama 2023.

Ditinjau berdasarkan mereknya, penjualan mobil tertinggi masih diraih oleh Grup Astra, yakni Toyota dan Daihatsu masing-masing sebesar 27.126 unit dan 13.910 unit pada Juli 2024. Selanjutnya, disusul oleh Honda sebesar 6.249 unit, Mitsubishi 5.569 unit, dan Suzuki 5.410 unit.

Malaise Penjualan Mobil Baru, Fakta Daya Beli Masyarakat Merosot

Lemahnya penjualan mobil tak lepas dari melambatnya ekonomi Indonesia pada kuartal II/2024 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,05% (year-on-year/yoy). Meski tumbuh di atas 5%, nyatanya masih lebih rendah dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Vietnam yang masing-masing tumbuh 5,8% dan 6,93% .

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa ekonomi Indonesia relatif melambat apabila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya atau kuartal I/2024, yang mencapai 5,11% (quarter-on-quarter/QoQ). Capaian itu juga lebih rendah secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan kuartal II/2023 yang sebesar 5,17%.

Penjualan LCGC vs Mobil Mewah

Di tengah melemahnya pasar otomotif, mobil segmen low cost green car (LCGC) alias mobil hijau berbiaya rendah umumnya paling diminati masyarakat karena harganya yang terjangkau. Namun, segmen ini juga mencatatkan pelemahan penjualan.

Total pasar LCGC pada Juli 2024 tercatat sebanyak 14.809 unit atau turun 2,9% secara month-to-month (MtM) dibandingkan Juni yang sebesar 15.252 unit.

Secara total, kontribusi penjualan LCGC terhadap keseluruhan pasar mobil masih terjaga di angka 20% dari total pasar sebesar 74.160 unit pada Juli 2024.

Adapun, merek yang memegang takhta sebagai 'mobil murah' terlaris pada Juli yakni Daihatsu Sigra yang mencatatkan penjualan 4.848 unit, diikuti Toyota Calya yang sebesar 3.730 unit.

Malaise Penjualan Mobil Baru, Fakta Daya Beli Masyarakat Merosot

Capaian penjualan itu jauh melampaui pesaing terdekatnya yakni Honda Brio Satya dengan penjualan sebesar 2.789 unit. Penjualan Brio Satya juga turun 27% secara bulanan.

Berturut-turut, LCGC terlaris pada Juli 2024 lainnya yakni Toyota Agya sebesar 2.041 unit dan Daihatsu Ayla sebesar 1.401 unit.

Di lain sisi, jika menilik penjualan mobil mewah, kontribusi terhadap total penjualan mobil nasional masih sangat minim.

Misalnya, BMW mencatatkan penjualan sebesar 2.215 unit sepanjang Januari hingga Juli 2024, artinya pangsa pasarnya hanya sebesar 0,5% dari total penjualan mobil secara wholesales sebesar 484.236.

Selanjutnya, divisi mobil mewah Toyota, yakni Lexus juga mencatatkan penjualan 1.717 unit pada 7 bulan pertama 2024, dengan pangsa pasar 0,4%.

Kemudian diikuti Mercedes-Benz Passanger Car mencatatkan penjualan 1.279 unit pada Januari-Juli 2024 dengan pangsa pasar 0,03%.

Beberapa merek mobil Eropa lainnya juga mencatatkan penjualan minim dengan pangsa pasar di bawah 0,3%. Misalnya, Citroen asal Prancis mencatatkan penjualan sebesar 730 unit periode 7 bulan 2024, disusul Mini Cooper asal Jerman sebesar 514 unit.

Berikutnya, mobil Volvo asal Swedia mencatat penjualan 72 unit, diikuti merek asal Jerman seperti Volkswagen dan Audi masing-masing sebanyak 52 unit dan 16 unit pada Januari-Juli 2024.

Masyarakat Beralih ke Mobil Bekas

Peneliti Senior LPEM UI, Riyanto mengungkapkan bahwa pasar otomotif Tanah Air sejatinya masih sangat potensial. Hanya saja, gap antara pendapatan per kapita alias daya beli dengan harga produk semakin ke sini jauh melebar.

Pasar otomotif Tanah Air yang potensial pun tercermin dari rasio motorisasi yang saat ini masih sekitar 99 unit per 1.000 orang. Tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita yang pada tahun lalu mencapai US$4.900-an, hanya tumbuh di kisaran 3% per tahun. Sebaliknya, harga produk rata-rata naik sekitar 7%.

“Harga produk ini dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari nilai tukar, material, hingga logistik,” ungkap Riyanto beberapa waktu lalu.

Faktor gap yang melebar antara daya beli dan harga produk ini pun melecut kehadiran banyak lapak penjualan mobil bekas. Berdasarkan riset terbaru LPEM UI, kehadiran mobil bekas seturut dengan penurunan serapan pasar di wilayah gemuk seperti Pulau Jawa.

Berdasarkan data LPEM UI itu, sebagian besar wilayah Pulau Jawa dan Bali mengalami penurunan penjualan 2-4% per tahun. Hal ini seiring pula dengan longsornya daya beli di wilayah-wilayah tersebut.

Malaise Penjualan Mobil Baru, Fakta Daya Beli Masyarakat Merosot

Berdasarkan data 2022, wilayah Pulau Jawa dengan tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang tinggi adalah DKI Jakarta. Selebihnya, merupakan provinsi dengan unggulan komoditas perkebunan dan tambang.

“Artinya memang stagnasi itu terjadi di Pulau Jawa dan Bali, hanya saja wilayah ini merupakan pasar terbesar, jadi sangat berpengaruh terhadap penjualan domestik keseluruhan,” ungkap Riyanto.

Di sisi lain, konsumen Pulau Jawa dan Bali pun beralih mencari alternatif. Alhasil, pasar mobil bekas terbesar kian bertumbuh di wilayah-wilayah tersebut.

Berdasarkan penelusuran LPEM UI, pada tahun lalu sekitar 1,4 juta unit mobil bekas terjual, naik tiga kali lipat dibandingkan kondisi pada 2013.

“Mungkin jumlah riilnya jauh lebih besar,” jelas Riyanto.

Terdapat beberapa faktor pendukung yang membuat mobil bekas jadi pilihan mayoritas pembeli potensial. Beberapa faktor itu antara lain, gap harga mobil bekas dengan mobil baru telah mencapai 50%, sedangkan mekanisme penjualan mobil bekas seiring banyaknya aplikasi penjualan daring dan penilai semakin transparan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper