Bisnis.com, TANGERANG — Pelaku industri otomotif China menceritakan perjalanan untuk membawa mobil listrik menjadi sebuah ekosistem yang lengkap di Negeri Tirai Bambu.
Deputy Chief Engineer, China Association of Automobile Manufacturers (CAAM) Wang Yao mengatakan dua faktor yang mampu mendorong industri mobil listrik adalah subsidi fiskal dan ketersediaan charging station.
Dia menjelaskan terdapat sekitar 3 juta fasilitas charging station yang tersedia di China. Bahkan hampir setengah dari jumlah tersebut sudah memiliki teknologi fast charging.
Di satu sisi, bila menghitung fasilitas isi daya privat, maka terdapat sekitar 10 juta fasilitas pengisian daya di China.
“Jika anda berpikir ada rencana strategis untuk negara ini, maka mungkin pemerintah harus mengambil keputusan untuk mengeluarkan lebih banyak uang untuk fasilitas charging,” katanya pada acara Gaikindo International Automotive Conference di ICE BSD Tangerang, Selasa (23/7/2024).
Namun, kesiapan infrastruktur dan insentif fiskal itu akan memunculkan pasar, singkatnya pada akhirnya masyarakat maupun perusahaan ikut terpacu. Pada tahap selanjutnya, sewaktu pasar telah terbentuk, maka terjadi kompetisi untuk menghasilkan produk mobil listrik yang berkualitas.
Menurut Yao, masalah dari industri mobil listrik di Amerika Serikat dan negara Eropa adalah konsumen bisa memiliki produk, tapi tidak bisa menemukan tempat pengisian daya umum.
Dia juga menjelaskan kebijakan dari pemerintah China untuk pengembangan mobil listrik meliputi dibentuknya mekanisme koordinasi berupa konferensi bersama antar kementerian untuk kendaraan hemat energi dan energi baru.
Kemudian, pemerintah China mengeluarkan rencana strategis terkait pengembangan industri kendaraan hemat energi dan energi baru (2012-2020). Menyusul kemudian rencana pengembangan industri kendaraan energi baru (2021-2035).
Selain itu, suatu sistem kebijakan terbentuk dengan memandu opini tentang percepatan promosi dan penerapan kendaraan energi baru atau new energy vehicle (NEV).
Pelaku industri otomotif China lantas memutar otak untuk terus mengembangkan industri mobil energi baru. Salah satunya adalah dengan mengurangi konsumsi bahan bakar minyak dari mobil konvensional.
Yao mengklaim mobil energi baru cenderung lebih murah dibandingkan konvensional meskipun terdapat baterai yang harganya cenderung tinggi. Namun, konsumsi dari mobil energi terbarukan cenderung rendah.