Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai Indonesia masih bisa bersaing dalam industri baterai kendaraan listrik meski terdapat tantangan di pasar ekspor. Antaralain, rencana Uni Eropa untuk mewajibkan penggunaan baterai daur ulang.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana menyebut hal tersebut dapat dilakukan dengan meproduksi baterai EV dengan kualitas mumpuni dan membangun industri lithium di Indonesia.
Indonesia sendiri diketahui mengimpor lithium dari Australia. Agus menilai bahwa dengan memaksimalkan impor tersebut dan membuat sebuah industri, bukan tidak mungkin Indonesia dapat bersaing atau bahkan melampaui Thailand pada sisi produksi baterai EV.
Nantinya, selain dapat memproduksi lithium sendiri, Agus juga menilai bahwa Thailand akan mengekspor nikel ke Indonesia untuk baterai EV mereka. Sebab, dalam pembuatan baterai EV dibutuhkan 18 persen nikel dan untuk lithium sendiri hanya 4 persen.
“Orang yang membuat lithium ke Indonesia tentu sudah punya kerja sama dengan Australia. Kalau dia bikin disini tentu akan lebih menguntungkan dan kita bisa bersaing dengan Thailand,” kata Agus saat ditemui di Kementerian ESDM, Selasa (5/9/2023).
Agus menyampaikan bahwa pemerintah harus bergerak cepat untuk membangun industri lithium di Indonesia. Tidak hanya pemerintah, dirinya juga meminta pihak swasta yang ingin membangun ekosisten lithium di Indonesia untuk segera merealisasikannya.
Baca Juga
Namun, jika melihat kompetensi dan rekam jejak terkait industri baterai EV ini, Agus ingin salah satu BUMN yaitu PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID menjadi pemegang industri lithium di Indonesia.
“Menurut saya MIND ID bisa kok, kemampuan mereka ada jadi lebih aman,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkap ancaman terhadap laju ekspor komponen inti baterai kendaran listrik dari Asean.
Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Filipina memiliki sumber cadangan nikel besar yang menjadi incaran dunia. Indonesia sebagai pemain terbesar, sedangkan Filipina berada di posisi ke-6.
Di tengah potensi sumber daya tersebut, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Kepala BKPM Nurul Ichwan mengatakan Uni Eropa tengah mengembangkan rancangan aturan yang mewajibkan penggunaan recycle battery dalam komponen electric vehicle (EV).
"Dia nanti akan mensyaratkan bahwa dalam waktu tertentu, maka dari produksi baterai yang dihasilkan itu harus ada syarat minimum recycle baterainya," kata Nurul di sela-sela agenda Asean Business & Investment Forum 2023 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (2/9/2023).
Artinya, pada tahun-tahun pertama produksi baterai atau komponen baterai EV dari Asean ini masih dapat masuk ke Eropa.
Namun, ketika sudah terkumpul, Eropa akan mengambil sisa inti dari baterai bekas untuk kemudian dijadikanresources dan diproses menjadi bahan baku baterai sendiri. Ketika Eropa telah memiliki bahan baku yang cukup, maka akan diproduksi baterai dengan recycle baterai bekas di sana.