Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Konsorsium LG di Sisi Hulu Tambang ANTM Tertunda, Ini Sebabnya

Rencana divestasi itu masih tertunda lantaran belum jelasnya kepastian finalisasi anggota konsorsium LG dalam usaha patungan baterai setrum tersebut.
Ilustrasi pengguna sedang mengisi baterai mobil listrik./ Dok. Freepik.
Ilustrasi pengguna sedang mengisi baterai mobil listrik./ Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA — Rencana kerja sama tambang nikel antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bersama dengan konsorsium LG Energy Solution (LG) sebagai bagian dari kesepakatan usaha patungan baterai listrik di sisi hulu belum ada kemajuan hingga saat ini.

SVP Corporate Secretary MIND ID Heri Yusuf mengatakan hal itu disebabkan karena belum ada perjanjian lebih lanjut antara kedua belah pihak soal rencana kerja sama hilirisasi bijih nikel di konsesi izin usaha pertambangan (IUP) milik anak usaha ANTM, PT Nusa Karya Arindo (NKA) yang berlokasi di Maluku Utara, Halmahera Timur. 

“Hal ini dikarenakan terdapat perubahan komposisi konsorsium dari pihak LG yang hingga hari ini belum diputuskan,” kata Heri saat dikonfirmasi, Senin (15/5/2023). 

Seperti diketahui, IUP dengan luasan konsesi mencapai 20.763 hektare itu bakal didivestasi dengan LG Chem, perwakilan konsorsium LG nantinya pada NKA. LG Chem rencananya bakal menghimpit saham minoritas di anak usaha ANTM tersebut. 

Hanya saja, kata Heri, rencana divestasi itu masih tertunda lantaran belum jelasnya kepastian finalisasi anggota konsorsium LG dalam usaha patungan baterai setrum tersebut. 

“Saat ini masih tertunda karena menunggu kepastian finalisasi anggota konsorsium LG tersebut,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memastikan persoalan ihwal rencana investasi konsorsium LG bakal rampung tahun ini. 

Kepastian itu disampaikan Bahlil selepas menememani Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat bertemu dengan 16 delegasi dari pemerintah dan perwakilan pengusaha Korea Selatan di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/5/2023). 

Adapun ke-16 delegasi itu dipimpin Menteri Pertanian dan Kehutanan Korea Selatan, Wakil Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi (MoTIE) serta Ketua Komisi I DPR Korea Selatan.

“Semua akan berjalan tahun ini untuk persoalan katoda dan baterai sel, insyaallah satu bulan ini sudah selesai,” kata Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan. 

Kendati demikian, Bahlil mengatakan, negosiasi berkaitan dengan kerja sama di sisi hulu tambang konsorsium LG bersama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) bakal diselesaikan secara paralel nantinya. Dia berharap cara itu dapat mempercepat realisasi investasi baterai setrum LG di Indonesia saat ini. 

“Tambangnya juga akan kita ikuti agar bisa melakukan percepatan dan infrastrukturnya bisa berjalan secara paralel,” kata dia. 

Kepastian investasi konsorsium LG pada sisi penghiliran baterai listrik itu menjadi krusial setelah sebelumnya negosiasi IBC bersama perusahaan Korea Selatan itu berjalan alot akhir tahun lalu. 

Malahan, LG dikabarkan sempat ingin menarik komitmen investasi di usaha patungan IBC pada sisi hilir setelah implementasi Undang-Undang (UU) Penurunan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) Amerika Serikat awal tahun ini. 

LG disebutkan tidak tertarik untuk berinvestasi lebih lanjut hingga tingkat pabrikan baterai listrik seperti yang ditawarkan dalam perjanjian usaha patungan bersama IBC. Bahkan, LG menyerahkan negosiasi kepada rekanan konsorsium mereka Huayou Holding.

 “Kami dapat informasi dari Aneka Tambang [Antam] bahwa LG itu masih belum jelas statusnya, tapi LG mendorong anggota konsorsiumnya Huayou untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi,” kata Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Senin (6/2/2023).  

Kendati demikian, Hendi menilai negosiasi yang berlanjut bersama dengan Huayou itu belakangan tidak seimbang dari kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian usaha patungan awal.  

“Kami masih menginginkan adanya konsorsium yang lengkap sampai ke EV manufacturer-nya, sedangkan Huayou kan bergerak hanya di pengembangan smelter,” tuturnya.  

Konsorsium LG lewat HoA yang ditandatangani pada awal 2021 lalu menggandeng beberapa rekanan produsen dan manufaktur yang mayoritas berbasis di Korea Selatan, seperti LG Energy Solution, LG Chem, LG Internasional, dan Posco, sementara satu mitra mereka berasal dari China, yakni Huayou Holding.  

Saat itu, Konsorsium LG berkomitmen untuk berinvestasi sekitar US$8 miliar atau setara dengan Rp122,79 triliun pada penghiliran bijih nikel menjadi baterai listrik lewat Proyek Titan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper