Bisnis.com, JAKARTA - Beleid insentif untuk motor dan mobil listrik yang dikritisi bakal calon Presiden (bacapres) 2024 Anies Baswedan tampaknya bakal dinikmati sejumlah konglomerat Tanah Air.
Dalam pidato politiknya di Tenis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu (7/5/2023), Anies mengatakan bahwa pemerintah harus memastikan sumber daya yang diberikan kepada rakyatnya tepat guna.
Apalagi, menurut dia saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan lingkungan hidup. Untuk itu, penggunaan kendaraan listrik akan lebih baik apabila berfokus pada kendaraan umum berbasis listrik.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bahkan berargumen bahwa akan lebih baik untuk memperbanyak kendaraan umum berbasis BBM daripada kendaraan listrik pribadi.
"Ditambah lagi pengalaman di Jakarta ketika kendaraan pribadi listrik, [penggunanya] tidak akan mengganti mobil yang dimiliki, namun menambah mobil yang ada di garasi, dan menambah kemacetan di jalan," ucapnya.
Sebelumnya, pemerintah membidik jumlah kendaraan listrik yang beredar sebesar 400.000 unit pada 2025. Kenyataannya, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (Gaikindo), sepanjang 2020 hingga Februari 2023 cuma 11.513 unit kendaraan yang mengaspal.
Baca Juga
Pun dengan motor listrik. Target yang ditetapkan pada 2025 sebanyak 6 juta unit. Sementara di lapangan, data sepanjang 2019 hingga 2022, jumlahnya hanya 30.837 unit.
Maka dari itu, pemerintah pun merilis kebijakan berupa subsidi pembelian motor listrik yang diistilahkan sebagai bantuan pemerintah kepada para produsen. Aturan ini mulai berlaku 20 Maret 2023. Untuk tahap awal, insentif Rp7 juta per unit disebar untuk 250.000 motor listrik sepanjang 2023.
Sementara, untuk mobil listrik insentif diberikan melalui PMK No. 38/2023. Terdapat pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen jadi 1 persen dengan TKDN minimal 40 persen.
Adapun untuk mobil listrik dengan TKDN di atas atau sama dengan 20 persen serta di bawah 40 persen akan diberikan PPN ditanggung pemerintah 5 persen, sehingga yang harus dibayar 6 persen. Aturan ini juga berlaku untuk bus listrik dan berlaku mulai 1 April 2023.
Anggaran yang disiapkan untuk subsidi dan insentif kendaraan listrik pada tahun ini mencapai Rp3,4 triliun. Program itu direncanakan berlanjut hingga tahun depan dengan anggaran sekitar Rp9,4 triliun.
Lantas, siapa saja yang berpeluang menikmati kue subsidi tersebut? Berikut daftar konglomerat yang memiliki bisnis motor listrik di Tanah Air:
1.Hartono Bersaudara
Konglomerat bersaudara Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono dikenal sebagai pemilik PT Hartono Istana Teknologi dengan merek dagang Polytron yang didirikan pada 16 Mei 1975.
Melansir dari situs resminya, selain memproduksi AC, TV dan perangkat elektronik lainnya, Polytron juga menjual motor listrik yang bernama Polytron EVO Electric dengan spesifikasi power maksimal 3.000 watt dan kecepatan maksimum menembus 60 kilometer/jam yang disertai penggunaan baterai 1.740 KWh.
Perusahaan mengeklaim dengan 1 kali pengisian daya, bisa menempuh perjalanan hingga 100 kilometer, mulai dari Kudus, Demak, Semarang hingga Ambarawa.
Sebagai keluarga terkaya nomor satu di Indonesia, dengan mengembangkan diversifikasi bisnis, tak heran jika harta kekayaannya mencapai US$24,1 miliar atau setara dengan Rp364,5 triliun.
2. Agus Lasmono
Indika Energy adalah kelompok usaha yang dimiliki Agus Lasmono. Dia dikenal juga sebagai anak dari Sudwikatmono, bos pendiri Cinema XXI jaringan bioskop terbesar di Indonesia.
PT Indika Energy Tbk. (INDY) bekerja sama dengan beberapa mitra turut membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Melalui anak perusahaan PT Ilectra Motor Group (IMG) dan PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI), Indika memproduksi motor listrik dengan merek dagang ALVA. Selain produksi, Indika Energy juga berfokus pada stasiun pengisian baterai, dan fasilitas pertukaran baterai hingga layanan daur ulang.
Agus Lasmono pernah menjabat sebagai pejabat tertinggi eksekutif Indika Group dan komisaris independen SCTV, selain itu dia merupakan pendiri sekaligus pemilik Net Mediatama.
Sementara itu, Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid juga terlibat dalam industri motor listrik melalui INDY. Arsjad menduduki jabatan sebagai Presiden Direktur Indika Energy.
3.Bakrie Group
Keluarga Bakrie ikut meramaikan industri kendaraan listrik lewat PT VKTR Teknologi Mobilitas. Perusahaan ini adalah anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR).
Dilansir dari situs resminya, VKTR awalnya bernama PT Bakrie Steel Industries pada 2007 dan bergerak di sektor distribusi suku cadang kendaraan komersial dan penydia komponen logam lainnya.
Perusahaan ini bagian dari Grup Bakrie & Brothers, yang dibangun oleh Achmad Bakrie pada 1942. Perubahan nama, tempat, dan kedudukan menjadi VKTR dilakukan pada 2022.
Anindya Bakrie menduduki jabatan Komisaris Utama VKTR sejak 2022. Anindya diketahui juga menjabat sebagai Direktur Utama Bakrie & Brothers.
Tak hanya itu, anak dari Aburizal Bakrie ini memiliki posisi penting di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, yaitu sebagai Ketua Dewan Pertimbangan periode 2021 hingga 2025.
Dalam mengembangkan bisnis kendaraan listrik, VKTR mengandeng beberapa pihak, seperti Transjakarta, BUMN Barata, dan INKA. Perseroan juga memiliki proyek ekosistem material baterai kendaraan listrik.
Saat ini produk dari perseroan berupa bus listrik besar dan medium dengan kapasitas penyimpanan energi 324 kWh, torsi maksimum 1.100 Nm, dan perkiraan jarak tempuh 251 km.
VKTR juga akan memproduksi motor listrik, mengembangkan stasiun pengisian kendaraan listrik, serta telematics & smart fleet management ke depannya.