Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DRMA Perkirakan Pasokan Mikrocip Normal Bulan Depan, Ini Alasannya

PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) memperkirakan pasokan semikonduktor atau mikrocip kembali normal pada bulan depan.
Suasana pabrik calon emiten komponen otomotif, PT Dharma Polimetal Tbk. Entitas Grup Triputra ini akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham pada akhir 2021. /Perseroan.
Suasana pabrik calon emiten komponen otomotif, PT Dharma Polimetal Tbk. Entitas Grup Triputra ini akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham pada akhir 2021. /Perseroan.

Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan lockdown di China membuat pelaku industri otomotif, termasuk yang bergerak di segmen komponen semakin kesulitan mendapatkan semikonduktor atau mikrocip. PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) memperkirakan pasokan mikrocip kembali normal pada bulan depan.

Presiden Direktur DRMA Irianto Santoso mengatakan bahwa gangguan pasokan semikonduktor akibat lockdown di China terjadi sejak pertengahan April. Pabrik-pabrik di sana tidak dapat beroperasi karena kebijakan Zero Covid-19.

“Pelabuhan di Shanghai juga ditutup. Lockdown tersebut baru dibuka secara bertahap pada awal Juni sehingga diperkirakan mulai Agustus pasokan akan normal kembali,” kata Irianto saat dihubungi, Senin (4/7/2022).

Meski pasokan terhambat, Irianto menjelaskan bahwa DRMA tidak merasakan dampak tidak terlalu besar. Alasannya, sebagian besar mobil di Indonesia masih menggunakan microcip yang tidak secanggih untuk kendaraan kelas premium.

DRMA melihat tentang kelangkaan bahan baku termasuk semikonduktor sebagai bagian dari proses permintaan dan penawaran. Saat Covid-19 pertama kali melanda dunia, pabrik-pabrik bahan baku mengurangi kapasitasnya, termasuk semikonduktor.

Sementara saat tahun lalu ketika permintaan seluruh dunia mulai kembali meningkat, Irianto menuturkan bahwa pabrik-pabrik bahan baku dan semikonduktor tidak bisa menaikkan kapasitas produksi secepat permintaan pasar.

Akibatnya, tambah Irianto, produsen otomotif di Amerika Serikat dan Jepang butuh barang tersebut segera. Dua negara itu memproduksi mobil-mobil yang kelasnya di atas kendaraan di Indonesia.

Di saat yang sama, permintaan pelanggan Indonesia masih tinggi sampai saat ini. Irianto memperkirakan tahun ini akan lebih tinggi dari 2021.

“Kami tentu berharap masalah ini cepat berlalu karena itu tidak hanya akan mempengaruhi industri otomotif, tapi juga industri IT. Apa yang terjadi di bulan Mei Juni dan Juli lebih disebabkan oleh lockdown di Shanghai, Cina,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper