Bisnis.com, JAKARTA — Ford Motor Co. sedang membangun laboratorium penelitian baterai senilai $185 juta atau senilai Rp 2,68 triliun sebagai bagian dari upaya untuk membangun sumber daya kendaraan masa depan.
Pusat penelitian ini berlokasi di kawasan Detroit, Amerika Serikat dan dibuka pada akhir tahun depan.
Fasilitas ini akan mempekerjakan 150 peneliti dan termasuk jalur produksi percontohan di mana Ford dapat membuktikan kemampuannya untuk memproduksi sel daya dan baterai penuh. Investasi ini merupakan percepatan peralihan Ford ke kendaraan listrik.
“Kami jauh lebih optimis dan agresif tentang seberapa cepat transisi ini akan berjalan,” kata kepala pengembangan produk Ford Hau Thai-Tang, Selasa (28/4/2021).
Thai-Tang melanjutkan bahwa Krisis semikonduktor global yang mengguncang industri otomotif telah menyoroti perlunya akses yang lebih besar ke komponen penting seperti baterai untuk gelombang kendaraan listrik yang akan datang. Kekurangan cip komputer, yang sebagian besar berasal dari pemasok Asia, menyebabkan pabrik mobil berhenti produksi dan berpotensi merugikan industri $61 miliar, menurut konsultan AlixPartners.
“Ini meningkatkan pentingnya pengendalian rantai pasokan,” kata Thai-Tang.
Adapun pusat penelitian ini adalah bagian dari investasi $22 miliar yang dikatakan Ford akan dikucurkan hingga 2025 untuk melistriki jajaran produknya. Perusahaan sudah mulai menjual Mustang Mach-E bertenaga baterai dan tahun depan akan meluncurkan versi listrik dari pickup F-150 terlarisnya.
Fasilitas itu juga akan membantu Ford mempercepat pengembangan kendaraan listrik dan mengurangi biayanya. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, produsen mobil asal Amerika Serikat ini telah berjanji kendaraan listrik akan mendominasi penjualan mobil di Eropa pada 2030 dan mendukung rencana Gubernur California Gavin Newsom untuk melarang penjualan mobil bertenaga bensin baru di negaranya pada 2035.
“Ini hanyalah evolusi tentang bagaimana pasar bermain dan seberapa agresif sikap yang kami ambil dalam memimpin transisi ini,” katanya.