Bisnis.com, JAKARTA — PT Ganding Toolsindo berharap kemudahan pembiayaan perbankan dalam menunjang kinerja perusahaan.
Adapun seiring dengan survei BI menunjukkan ada peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi dalam 3 bulan ke depan. Hal ini terlihat dari saldo bersih tertimbang kebutuhan pembiayaan korporasi 3 bulan mendatang sebesar 27,1%.
Presiden Direktur PT Ganding Toolsindo Wan Fauzi mengamini survei tersebut. Apalagi kebutuhan material otomotif diproyeksi masih akan meningkat 20 persen hingga tiga bulan mendatang, belum lagi komponen produk elektronik.
"Setiap bulan kami belanja 200-300 ton material, kebutuhan modalnya sekitar Rp3—4,5 miliar per bulan," katanya kepada Bisnis, Kamis (4/3/2021).
Sayangnya, Fauzi menyebut tiga bulan ini perbankan sulit mencairkan kembali kredit karena sejumlah alasan misalnya limit yang dikurangi karena adanya pandemi Covid-19.
Fauzi yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) ini pun menyebut kondisi kesulitan mendapat kredit perbankan juga diakui oleh semua anggota asosiasi.
Oleh karena itu, Fauzi berharap adanya peningkatan kebutuhan modal para pengusaha ke depan bisa kembali mempermudah perbankan dalam mencairkan kreditnya.
Adapun Ganding Toolsindo tahun ini memiliku sejumlah rencana ekspansi salah satunya pengembangan produk baru di luar komponen yakni sepeda di samping melanjutkan sejumlah ekspansi yang sudah dilakukan karena pandemi Covid-19 yang lalu salah satunya produk wastafel injak.
Sebelumnya, hal senada juga dikeluhkan oleh industri tektil dan produk tekstil (TPT). Ketua Umum Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) Suharno Rusdi mengatakan saat ini ada suatu hal yang ironis di mana kondisi perbankan yang kelebihan likuiditas tetapi seperti enggan mengucurkan pinjaman.
"Mungkin pihak perbankan masih sangat berhati-hati dan mencermati keadaan pandemi sekarang," katanya.
Asosiasi TPT juga mengusulkan adanya kemudahan Pinjaman Modal kerja dan discount rate pinjaman yang sedang berjalan untuk mengungkit keterpurukan industri.
Suharno menyebut bunga pinjaman modal kerja (PMK) untuk korporasi yang sekarang berkisar 8,75-8,88 persen dinilai cukup memberatkan, terutama ketika daya beli masyarakat sedang merosot.