Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Giliran Mendag Kasih Angin Buat Industri Otomotif, Apa Itu?

Sebelumnya Menteri Perindustrian Agus Gumiwang memberikan harapan kepada industri otomotif melalui upayanya memberikan relaksasi pajak mobil baru.
Layar menampilkan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memberikan pemaparan dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 di Jakarta, Selasa (26/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Layar menampilkan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memberikan pemaparan dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 di Jakarta, Selasa (26/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Wacana terkait insentif kendaraan bermotor memang penuh jalan berliku, gelap, dan berkabut. Menurut catatan Bisnis, sudah tiga kali pemerintah menyatakan bakal memberikan relaksasi agar sektor ini mampu berakselerasi setelah dihantam pandemi.

Wacana tersebut pertama kali datang dari Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada September 2020, terkait usulan relaksasi pajak penjualan barang mewah (PPnBM) guna mengakselerasi penjualan mobil baru pada masa pandemi Covid-19.

Namun, sebulan kemudian, Menteri Keuangan Sri Mulyani secara tegas menolak usulan tersebut. Menurut Menkeu, saat itu pemerintah tengah fokus untuk mengoptimalkan paket insentif yang telah dikeluarkan untuk semua pelaku industri.

Hanya berselang dua bulan atau tepatnya pada Desember 2020, Menperin kembali mengemukakan bahwa Presiden Joko Widodo secara prinsip menyetujui usulan relaksasi pajak mobil dan diklaim tinggal menunggu keputusan Kemenkeu. Namun, hingga kini usulan itu belum mendapatkan lampu hijau.

“Ini memang suatu hal yang kami usulkan, dan saya sudah laporkan ke Bapak Presiden. Secara prinsip beliau setuju, tapi memang Kementerian Keuangan masih dalam proses hitung menghitung,” ujar Agus saat itu.

Kali ini, wacana tersebut kembali mengudara setelah Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dalam diskusi Indonesia Business Challenges 2021, menyatakan bahwa sektor otomotif mampu menjadi katalisator pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun ini.

Oleh sebab itu, kata Lutfi, industri otomotif perlu diberikan insentif agar pasar mampu membeli kendaraan bermotor. “Karena begitu otomotif sektornya jalan, ini bisa menjalankan gerbong kereta dari sektor produksi,” tuturnya.

Dia juga menilai bahwa pemerintah perlu memperbaiki struktur produksi dan konsumen di dalam negeri untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi tahun ini. Sebab, jika konsumsi belanja masyarakat terganggu, sektor produksi dipastikan tertekan.

“Konsumsi kita ini lebih dari 50 persen. Jadi, kalau konsumsi terganggu, produksi terganggu, atau produksi dan konsumsi terganggu, pertumbuhan ekonomi kita pada tahun 2021 akan terkena secara langsung,” ungkapnya.

Pasar otomotif, baik sepeda motor maupun mobil, sepanjang 2020 tercatat mengalami penurunan hampir 50 persen dibandingkan tahun 2019.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), kinerja penjualan sepeda motor sepanjang 2020 terkoreksi 43,5 persen dibandingkan capaian tahun 2019 akibat krisis yang ditimbulkan pandemi Covid-19.

Penjualan dari pabrik ke dealer atau wholesales roda dua pada tahun lalu mencapai 3,6 juta unit, sedangkan pada 2019 membukukan penjualan sebanyak 6,4 juta unit.

Ekspor sepeda motor sepanjang 2020 juga menurun, meski tidak separah penjualan domestik. AISI mencatat ekspor tahun lalu mencapai 700.392 unit, atau melemah 13,6 persen dibandingkan dengan ekspor 2019 yang membukukan 810.433 unit.

Sementara itu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat total penjualan ritel kendaran roda empat atau lebih pada 2020 mencapai 578.327 unit, turun 44,7 persen dari 2019 yang mencatatkan 1,045 juta unit.

Adapun kinerja wholesales kendaraan roda empat atau lebih sepanjang tahun lalu terkoreksi 48,5 persen dibandingkan 2019, yakni dari 1,032 juta unit menjadi 532.027 unit.

Berkaca dari hal tersebut, Lutfi mengungkapkan bahwa akan membicarakan pemberian insentif tersebut pada jajaran menteri lainnya, terutama Kementerian Keuangan agar mau memberi lebih banyak insentif guna mendorong belanja masyarakat.

“Ini satu hal yang perlu saya bicarakan, bukan saja di sektor perdagangan, tapi juga perindustrian dan kemudian yang paling penting juga di tempat menteri keuangan, karena kita membutuhkan insentif-insentif,” kata Lutfi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper