Bisnis.com, JAKARTA -- PT International Chemical Industry, produsen batu baterai ABC, melakukan penanaman modal dalam negeri untuk ikut meramaikan pasar mobil listrik. Perusahaan yang dikenal sebagai produsen baterai jam dinding ini telah menginvestasikan Rp207,5 miliar.
“Ada PT ABC yang akan bangun pabrik cell baterai dengan investasi Rp207,5 miliar dengan kapasitas maksimal 25 juta unit per tahun,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kertasasmita, Senin (28/12/2020), seperti dikutip dari Youtube Kementerian Perindustrian, Rabu (30/12/2020).
Masuknya pemain baterai lama ke ekosistem mobil listrik menunjukan Indonesia memiliki potensi besar sebagai basis produksi kendaraan ramah lingkungan tersebut. Kekayaan metalurgi untuk nikel baterai yang dimiliki negara ini membuat investor berbondong-bondong menanamkan modal.
Pembangunan baterai mobil listrik di dalam negeri, akan meningkatkan komponen nilai produksi. Dengan demikian target 35 persen tingkat komponen dalam negeri untuk mobil listrik dapat segera tercapai.
Adapun ambisi Indonesia menjadi produsen mobil listrik telah dituangkan dalam peta jalan industri otomotif. Program low carbon emission vehicle (LCEV) telah dimulai sejak 2017 dan produksi kendaraan listrik serta komponennya ditargetkan dimulai pada 2022.
Komitmen Indonesia menjadi produsen kendaraan listrik juga telah dikuatkan dengan hadirnya Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
Perpres ini menandakan kebangkitan Indonesia untuk menjadi produsen kendaraan listrik. Saat ini, tidak sedikit agen pemegang merek telah mengenalkan produk kendaraan listriknya meski catatan penjualannya masih tetap minim.
Belum lama ini pabrikan mobil asal Jepang telah mengumumkan investasi untuk produksi kendaraan listrik di Tanah Air. Toyota Indonesia akan menggelontorkan Rp28,3 triliun untuk mengembangkan produk, satu di antaranya mobil listrik murni bertenaga baterai.
Rencananya produksi mobil listrik Toyota di Indonesia akan dimulai pada 2023. Hal ini kemungkinan akan mengubah strategi para pemain otomotif, karena sebelumnya penguasan pasar otomotif Indonesia ini sangat berhati-hati dalam mengadaptasi teknologi baterai.