Bisnis.com, JAKARTA – Hyundai Motor Group berencana membangun 23 kendaraan listrik di platform khusus baru bernama Electric-Global Modular Platform atau E-GMP berbasis roda belakang.
Platform baru tersebut diklaim mampu mengisi daya hingga 80 persen dalam waktu 18 menit dan menambah jarak tempuh menjadi 100 kilometer hanya dalam lima menit. Jarak tertinggi sekali pengisian bisa mencapai 500 km.
Albert Biermann, Presiden dan Kepala R&D untuk Hyundai Motor Group, menuturkan bahwa kendaraan listrik baterai Hyundai dan Kia yang digerakkan oleh roda depan memiliki efisiensi tinggi di segmennya.
"Dengan platform modular global listrik berbasis roda belakang, kami memperluas kepemimpinan teknologi kami ke segmen di mana pelanggan menuntut dinamika berkendara yang sangat baik dan efisiensi yang luar biasa," ujar Albert, dikutip dari Bloomberg, Rabu (2/12/2020),
Didesain eksklusif untuk kendaraan listrik berbasis baterai (BEV), teknologi E-GMP diklaim mampu memberikan berbagai keunggulan dibandingkan dengan platform Hyundai lainnya.
Keunggulan itu terdiri atas peningkatan fleksibilitas pengembangan, performa berkendara yang bertenaga, jarak berkendara yang ditingkatkan, penguatan fitur keselamatan dan lebih banyak ruang interior untuk penumpang dan bagasi.
Baca Juga
Teknologi E-GMP juga mampu mengurangi kompleksitas lewat modularisasi dan standarisasi yang memungkinkan pengembangan produk lebih cepat dan fleksibel. Teknologi ini bisa digunakan di sebagian segmen, seperti sedan, SUV, dan CUV.
Platform E-GMP pada 2021 akan mulai digunakan untuk mendukung serangkaian BEV baru, termasuk IONIQ 5 dari Hyundai Motor Company. IONIQ 5 adalah BEV khusus pertama buatan Kia Motors Corporation yang akan diluncurkan bersama sejumlah model lainnya.
Dengan platform itu, mobil-mobil tersebut juga akan memiliki kemampuan mengisi daya pada 800 volt dan 400 volt, yang memungkinkan mereka mengakses infrastruktur pengisian yang lebih banyak.
Hyundai Motor pada tahun lalu berjanji untuk mengalokasikan hampir setengah dari 20 triliun won atau setara US$18 miliar, yang rencananya akan dibelanjakan untuk mendorong percepatan elektrifikasinya pada 2025.