Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Tinggi Hambat Pertumbuhan Pasar Mobil Listrik

Saat ini kendaraan yang paling cocok dengan daya beli masyarakat Indonesia adalah kendaraan dengan harga sekitar Rp300 juta.
Mobil listrik Nissan Leaf dipamerkan dalam ajang Tokyo Motor Show/REUTERS
Mobil listrik Nissan Leaf dipamerkan dalam ajang Tokyo Motor Show/REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Harga tinggi diperkirakan akan tetap menghambat pertumbuhan pasar mobil listrik di Indonesia. Produksi lokal dan perkembangan teknologi perlu ditingkatkan untuk menekan harga jual.

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan bahwa dengan harga yang tinggi, mobil listrik hanya terjangkau oleh segelintir masyarakat. Menurutnya, selama harga masih tinggi kondisi ini akan sulit berubah.

Dia mengatakan bahwa saat ini kendaraan yang paling cocok dengan daya beli masyarakat Indonesia adalah kendaraan dengan harga sekitar Rp300 juta. Dia mencontohkan keberhasilan kendaraan bermotor hemat energi dan harga terjangkau (KBH2) yang terbukti sukses saat dipasarkan di bawah harga tersebut.

“KBH2 contohnya, dalam 2 tahun pangsa pasarnya meningkat sampai 23%. Saya rasa kalau mobil listrik harganya masih di atas Rp800 juta, paling mobil listrik ini pangsa pasarnya hanya 0,8%,” katanya baru-baru ini.

Menurutnya, selain faktor harga, daya beli masyarakat juga akan menjadi kunci untuk mendorong penjualan mobil listrik di Indonesia. Namun, tetap membutuhkan waktu cukup lama agar pasar mobil listrik benar-benar berkembang.

“Memang kuncinya adalah daya beli. Di Inggris contohnya, penyerapannya diperkirakan membutuhkan 10 tahun — 15 tahun, dengan catatan pertumbuhan ekonominya tumbuh terus,” ujarnya.

Kukuh mengharapkan produksi mobil listrik secara lokal akan mempercepat peningkatan pasarnya di Indonesia. Namun, hal itu diyakini tidak akan terjadi dalam waktu singkat karena masih ada seumlah keterbatasan teknologi di dalam negeri.

“Sekitar 40%—60% masih tergantung sama harga baterainya, diharapkan pada 2030 baru ketemu pasarnya. Produksi lokal juga tidak mudah, masalahnya volume. Pusat penelitian itu kan di pemilik mereknya, di pemilik teknologinya, bukan di kita. Kecuali kita punya teknologi sendiri yang bisa dipakai oleh pabrikan-pabrikan,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler