Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah diminta memberikan paket insentif fiskal yang menarik untuk meyakinkan principal otomotif agar berinvestasi dalam pengembangan mobil listrik berbasis baterai di Indonesia.
Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan bahwa saat ini kecenderungan proteksionisme di ranah global meningkat sebagai dampak dari perang dagang Amerika Serikat dengan China.
Menurutnya, di tengah kondisi saat ini pemerintah perlu memberikan insentif yang menarik bagi investor untuk masuk dalam pengembangan mobil listrik di Indonesia.
“Sejauh ini banyak merek Japan yang berinvestasi di sini, artinya Indonesia masih menarik. Tapi jangan terlena karena negara lain juga ingin produksi ada di negara mereka masing-masing. Diperlukan salah satunya kebijakan fiskal baik itu tax holiday, tax allowance. Jadi pemerintah itu semacam memberikan insentifnya untuk industrinya supaya mau berinvestasi,” katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Berbagai insentif seperti keringanan bea masuk hingga pajak penjualan untuk mobil listrik sudah tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (battery electric vehicle/BEV).
Kendati demikian, insentif itu masih menunggu sejumlah aturan turunan berupa peraturan pelaksanaan dari kementerian terkait. Salah satunya peraturan dari kementerian perindustrian (Kemenperin) yang diperkirakan baru akan rampung pada April tahun depan.
“Kita masih tunggu Permen-nya, kita ingin berdisuksi dengan pemerintah sebenarnya mau yang mana, ada yang namanya hybrid, plug in hybrid, ada yang namanya battery EV, ada fuel cell EV. Sumbernya aja yang beda, nanti kita akan tahu,” katanya.
Menurutnya, hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan saat ini adalah pembangunan infrastruktur dan industri penunjang mobil listrik. Industri komponen di dalam negeri juga harus disiapkan untuk merealisasikan rencana tersebut.
Toyota telah menyatakan komitmennya untuk berinvestasi senilai Rp28 triliun dalam 5 tahun ke depan, termasuk untuk pengembangan industri kendaraan terelektrifikasi. Namun, dia belum dapat memastikan seperti apa investasi itu akan direalisasikan.