Bisnis.com, JAKARTA – PT Mobil Anak Bangsa (MAB) menyasar segmen kendaraan komersial bus untuk sarana transportasi publik dengan target pembeli dari kalangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Direktur Teknis MAB Bambang Tri Soepandji mengatakan, strategi itu didasarkan pada dua hal, yakni faktor investasi dan potensi pasar. Selain itu, dengan mencontoh negara lain kendaraan komersial selalu menjadi pembuka pintu penetrasi kendaran listrik.
Dia menjelaskan, investasi untuk membuat kendaraan listrik di segmen kendaran penumpang akan menghabiskan biaya yang lebih besar. Di sisi lain, pasar di kendaran listrik di Indonesia yang belum sepenuhnya tumbuh menjadi risiko yang perlu dihindari.
“Kalau kita langsung ke passenger car itu investasinya besar sekali. Untuk membuat mobil kendaran penumpang, zaman Alm. Pak Habibie, R-80 untuk prototipe saja investasinya US$1,6 miliar,” katanya kepada Bisnis, Senin (16/9/2019).
Strategi penjualan juga disesuaikan dengan pangsa pasar yang dinilai potensial. Dia mengatakan, model MAB MD12-E yang diproduksi saat ini dapat bersaing di pasar karena terklasifikasi sebagai kendaraan transportasi dengan panjang 12 meter.
“Kalau saya memilih yang kuenya besar di medium bus, mobil listrik belum bisa masuk. Maka kami masuk di 12 meter, kami masuk ke market tidak hanya bicara aspek teknis tapi juga aspek regulasi,” katanya.
Menurutnya, secara spesifik perseroan menyasar pemerintah daerah maupun pemerintah pusat sebagai konsumen. Menurutnya, pemerintah memiliki daya beli yang lebih memadai untuk membeli kendaraan listrik.
“Di seluruh dunia, seperti China, penetrasi kendaraan listrik masuk awalnya melalui segmen komersial, karena pemerintah yang bisa beli. Harga mobilnya mahal, yang bisa tolong ya government, tidak semua orang tidak beli,” ujarnya.