Bisnis.com, JAKARTA – Para pekerja yang tergabung dalam United Auto Workers atau UAW melakukan aksi mogok untuk meminta General Motors melakukan perbaikan kontrak kerja.
Dikutip dari Reuters, Senin (16/9/2019), setidaknya 48.000 karyawan, termasuk pekerja piket di Pabrik yang ada di Detroit melakukan mogok kerja. Aksi tersebut dilakukan sejak tengah malam pada Minggu waktu setempat.
Pembicaraan kontrak kerja antara General Motors dan pekerja UAW sendiri menemui jalan buntu pada Minggu waktu setempat. Setelah itu, UAW menyerukan aksi mogok nasional pertama di General Motors sejak 12 tahun terakhir.
"Kami tidak menganggap enteng permasalahan ini,” kata Wakil Presiden UAW Terry Dittes yang bertanggung jawab atas hubungan serikat pekerja dengan General Motors.
Sementara itu dalam sebuah pernyataannya, General Motors menyebut telah menyampaikan tawaran kenaikan gaji, peningkatan tunjangan dan bonus ratifikasi kontrak senilai US$8.000. Selain itu, General Motors juga menjanjikan investasi baru dengan nilai lebih dari US$7 miliar, dan 5.400 lapangan pekerjaan baru.
“Kami telah bernegosiasi dengan itikad baik dan menganggap ini cukup penting,” isi pernyataan General Motors.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat pernyataan di akun pribadi Twitternya yang mendesak UAW dan General Motors untuk bertemu, lalu membuat kesepakatan.
Juru bicara General Motors Tony Cervone pun membalas pernyataan itu dengan mengatakan produsen mobil tersebut tidak bisa setuju dengan lebih banyak poin kesepakatan.
Aksi mogok itu sendiri dapat berdampak kepada tutupnya operasi General Motors di seluruh Amerika Utara, dan bisa menyebabkan gangguan ekonomi Amerika Serikat secara luas.
Para pekerja General Motors sebelumnya juga melakukan mogok kerja selama 2 hari pada 2007 dengan tujuan mendesak pembicaraan kontrak.
Selain itu, para pekerja juga pernah melakukan mogok kerja di Flint, Michigan, pada 1998 selama 54 hari. Aksi itu pun mengakibatkan kerugian sekitar US$2 miliar bagi General Motors.