Bisnis.com, JAKARTA – Kehadiran kendaraan listrik tidak serta merta menggerus pasar mobil konvensional. Pasalnya, selain karena rasio kepemilikan kendaraan yang masih kecil di Tanah Air, mobil listrik juga hanya salah satu alternatif pilihan mobilitas.
Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, menuju era kendaraan listrik bukan suatu yang mudah dan butuh waktu baik bagi konsumen maupun produsen kendaraan.
"Menuju elektrifikasi kendaraan bukan jalan yang mudah. Target pemerintah 20% electric vehicle [EV] pada 2025, di Jepang sendiri sekarang masih di bawah 20%," ujarnya baru-baru ini.
Bob memperkirakan, pasar mobil internal combustion engine (ICE) tidak akan terganggu minimal dalam 5 tahun ke depan. Dengan rasio kepemilikan kendaraan yang masih rendah, mobil ICE dan EV akan tumbuh bersama.
Dia menambahkan, rasio kepemilikan kendaraan di Indonesia juga masih sangat kecil yakni 30 unit per 1.000 orang, sedangkan sudah 500 unit per 1.000 orang. Potensi pasar Indonesia untuk berkembang masih sangat besar sehingga ICE tidak otomatis akan tergerus oleh EV.
"Jadi engak usah khawatir terjadi distrupsi di konvensional. Kami masih optimis yang konvensional masih besar sekali," katanya.
Bob mengatakan, Toyota secara global memiliki semua lini produk kendaraan listrik mulai dari hibrida, hibrida colokan (plug-in hybrid EV/PHEV), baterry EV dan full cell. Toyota juga memiliki target secara global, sekitar 50% produksi pada 2030 adalah kendaraan listrik.
Dia menjelaskan, sebagai pabrikan global, produk EV untuk tiap negara berbeda-beda tergantung pada dukungan regulasi tiap negara. Saat ini semua pabrikan berlomba-lomba untuk mengembangkan baterai yang lebih efisien tetapi dengan harga terjangkau.