Bisnis.com, JAKARTA – Dampak negatif perang dagang antara Amerika Serikat dan China turut menerpa Volvo. Laba kuartal I/2019 produsen otomotif asal Swedia itu anjlok 19,3%.
Hal itu terjadi antara lain karena persingan harga dan kenaikan tarif yang terjadi akibat perang dagang.
Sejatinya bisnis Volvo semakin meyakinkan sejak dibeli korporasi asal China, Geely, pada 2013. Namun kini tantangan baru muncul tak hanya karena perang dagang, melainkan juga tingginya biaya pengembangan mobil listrik dan kendaraan otonom, serta tren lesunya industri otomotif.
Volvo kini terus memperbaharui teknologi di kendaraannya agar dapat terus bersaing dengan Mercedes-Benz dan BMW.
Dilansir Reuters, Kamis (25/4/2019), pada kuartal I/2019 laba operasional Volvo turun 19,3% menjadi 2,92 miliar krona atau sekitar US$309,8 juta.
Adapun margin operasional turun menjadi 4,6% dari 6,4% pada tahun lalu. “Dibandingkan tahun lalu, profitabilitas Volvo dipengaruhi oleh kenaikan tarif dan perang harga di pasar otomotif,” ujar CEO Volvo Hakan Samuelsson.
Pada bulan lalu, Geely Auto, telah memproyeksikan penjualan yang cenderung landai sepanjang tahun ini. Hal itu dilandasi masih belum menentunya permintaan di China yang merupakan pasar otomotif terbesar dunia.