Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah meresmikan pembangunan pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik di Marowali, Sulawesi Tengah. Pabrik dengan investasi senilai US$700 juta itu akan memproduksi material energi baru dari nikel laterit untuk memenuhi kebutuhan bahan baku baterai lithium generasi kedua.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah mendorong percepatan pembangunan industri bahan baku baterai lithium untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Pabrik tersebut akan beroperasi pada 16 bulan lagi.
"Salah satu kunci sukses pengembangan kendaraan listrik adalah teknologi baterai dan powertrain elektrik motornya," ujarnya dalam keterangan resmi, akhir pekan lalu.
Turut meresmikan pabrik itu Menteri Kooridanor Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Peresmian itu disaksikan oleh Bupati Morowali Taslim, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Dito Ganinduto, Managing Director PT IMIP Hamid Mina, dan Chairman GEM Co Ltd Prof. Xu Kaihua.
Airlangga menuturkan, melalui proyek smelter berbasis teknologi hydrometalurgi tersebut, Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam pengembangan industri baterai untuk kendaraan listrik. Selain itu, struktur sektor otomotif di dalam negeri semakin kuat.
“Berdasarkan peta jalan pengembangan industri otomotif nasional, pada tahun 2025, target kami 20% dari total produksi kendaraan di Indonesia adalah yang berbasis elektrik. Artinya, ketika produksi kita mencapai 2 juta unit per tahun, sebanyak 400.000 itu kendaraan listrik,” paparnya.
Making Indonesia 4.0 menargetkan pada 2030, Indonesia menjadi basis produksi kendaraan jenis internal combustion engine (ICE) maupun electrified vehicle untuk pasar domestik hingga ekspor. Hal ini didukung oleh kemampuan industri nasional dalam memproduksi bahan baku dan komponen utama serta optimalisasi produktivitas sepanjang rantai nilai industri tersebut.
Guna merealisasikan sasaran itu, Kementerian Perindustrian bertekat untuk senantiasa mendukung dan memfasilitasi kebutuhan para pelaku industri di dalam negeri. Hal ini guna mewujudkan kemandirian dan kebanggaan nasional.
“Maka itu, kami akan kawal dan akselerasi pembangunan industri ini bisa selesai atau beroperasi pada 16 bulan ke depan,” ungkapnya.
Airlangga menambahkan, selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, produksi PT QMB New Energy Materials juga akan menyasar ke pasar ekspor. Hal itu sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk terus meningkatkan ekspor dengan peningkatan investasi.
PT QMB New Energy Materials merupakan kerja sama antara perusahaan Tiongkok, Indonesia dan Jepang yang terdiri dari GEM Co.,Ltd., Brunp Recycling Technology Co.,Ltd., Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa. Pabrik ini akan dikembangkan dengan lahan seluas 120 hektare. Pabrik ini juga menyerap tenaga kerja langsung 2.000 orang.
PT QMB New Energy Materials memiliki kapasitas konstruksi nikel sebesar 50.000 ton dan kobalt 4000 ton, yang akan memproduksi di antaranya 50.000 ton produk intermedit nikel hidroksida, 150.000 ton baterai kristal nikel sulfat, 20.000 ton baterai kristal sulfat kobalt, dan 30.000 ton baterai kristal sulfat mangan.
Luhut mengatakan, proyek pembangunan pabrik nikel literit di Morowali ini merupakan industri pertama di Indonesia, bahkan akan menjadi salah satu produsen yang terbesar di dunia.
“Jadi, kami tidak mau lagi ekspor raw material, sehingga ada peningkatan nilai tambah. Ini menjadi suatu kemajuan yang luar biasa. Apalagi pabrik ini menggunakan teknologi canggih,” ujarnya.
Chairman GEM Co Ltd Prof. Xu Kaihua menambahkan, proyek ini melebur nikel laterit menjadi elemen penting untuk daya baterai. Adanya bahan baku nikel kobalt, dengan penggunaan teknologi canggih dan ramah lingkungan serta proses produksi yang pintar, mampu mencipatkan suatu proses produksi yang sempurna.
“Jadi, akan memberikan contoh bagi dunia sebuah industri yang mengubah nikel laterit menjadi suatu energi yang baru,” terangnya.