Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor di Bawah Target, Gaikindo: Perlu Ada Insentif Fiskal

Angka ekspor kendaraa bermotor roda empat dan lebih atau completely built up (CBU) sepanjang 2017 belum mencapai target pemerintah. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pun mengatakan negara ini perlu insentif untuk mendorong pabrikan menambah volume pengapalan mobil utuh ke luar negeri.
Ratusan mobil baru yang akan diekspor terparkir di area PT Indonesia Kendaraan Terminal, Sindang Laut, Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara. Kamis (15/3/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Ratusan mobil baru yang akan diekspor terparkir di area PT Indonesia Kendaraan Terminal, Sindang Laut, Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara. Kamis (15/3/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com JAKARTA – Angka ekspor kendaraa bermotor roda empat dan lebih atau completely built up (CBU) sepanjang 2017 belum mencapai target pemerintah. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pun mengatakan negara ini perlu insentif untuk mendorong pabrikan menambah volume pengapalan mobil utuh ke luar negeri.

Kementerian Perindustrian membidik volume ekspor CBU mencapai 20% dari total produksi domestik. Sepanjang 2017, penyerapan ekspor sebanyak 19%. Meskipun belum mencapai target, ada peningkatan signifikan dibandingkan dengan 2016 (lihat tabel).

Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto menjelaskan bahwa pengiriman mobil utuh ke luar negeri diatur oleh masing-masing prinsipal pabrikan. Lazimnya, suatu negara diberikan volume ekspor dengan pengukuran berupa daya saing dan keuntungan bagi pabrikan.

“Saya rasa perlu ada insentif lain untuk mendorong ekspor, tapi tidak insentif begitu saja. Harus terukur dan ada kaitannya untuk mendorong industri otomotif,” katanya kepada Bisnis, Ahad (1/4/2018).

Dia memberi gagasan untuk pemberian insentif fiskal dengan berbagai macam ketentuan. Satu di antaranya adalah pabrikan harus mencapai volume ekspor tertentu dalam kurun waktu yang ditentukan pemerintah.

Dia mencontohkan program yang sebelumnya sudah berjalan, yaitu regulas Kendaraan Bermotor Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2). Di dalamnya diatur pembebasan pajak penjualan barang mewah bagi pabrikan yang memproduksi kendaraan di dalam negeri dengan tingkat komponen lokal minimal 80%.

“Bisa juga kan pemerintah kasih insentif pajak 10 tahun ke depan, misalnya, tapi pabrikan harus sanggup mencapai angka ekspor sekian. Kalau tidak tercapai ada sanksinya,” jelas Jongkie.

Jongkie melanjutkan bahwa hal semacam ini pernah dilakukan di India. Pemerintah di negara tersebut mempermudah izin suatu pabrik membangun dengan menggunakan alat-alat bekas dengan ketentuan perusahaan itu mampu mengekspor produknya di kemudian hari.

“Hal ini perlu dibahas, seperti KBH2 yang dahulu dibahas bersama-sama semua intansi terkait,” ujarnya.

Menurut Jongkie cara tersebut bisa memberikan stimulus positi terhadap volume ekspor Indonesia hingga akhirnya bisa bersaing dengan Thailand. Pengapalan mobil utuh dari Negara Gajah Putih mencapai lebih dari separuh produksi mobil di negara tersebut. Pasar domestik hanya menyerap 43,83% dari total produksi.

Adapun berdasarkan data Gaikindo, selama 5 tahun terakhir ekspor mobil tumbuh sekitar 8% per tahun. Volume hanya sempat anjlok pada 2016 sebanyak 6,4%. Secara berurutan, sejak 2013—2017, ekspor CBU membukukan pertumbuhan 1,39%, 18,32%, 2,68%, -6,40%, dan 18,92%.

Capaian tersebut diraih meskipun beberapa agen pemegang merek (APM) mobil di Indonesia secara perlahan tak lagi mengirim kendaraan bermotor dari Indonesia ke negara lain. Pada 2013 ada 8 APM yang mengapalkan mobil ke negara lain. Tahun lalu, tersisa 5 pemain.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper