Bisnis.com, JAKARTA – Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) menargetkan produksi alat berat sebanyak 7.000 unit pada tahun ini, naik 24,8% dari realisasi produksi pada 2017 yang mencapai 5.609 unit.
Sektor pertambangan dan konstruksi membuat pelaku usaha alat berat masih terus meninkmati manisnya pertumbuhan.
Ketua Umum Hinabi Jamaludin mengatakan sebenarnya kebutuhan dalam negeri tahun ini sebanyak 10.000 unit. Angka tersebut setara dengan total kapasitas terpasang anggota Hinabi.
“Karena kenaikan mendadak, jadi boleh dikatakan bahan bakunya tidak siap, dan tenaga kerja,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (13/2/2018).
Kendati naik signifikan, kebutuhan alat berat di dalam negeri belum menyamai kondisi paling prima yang berlangsung pada 2012. Saat itu, permintaan alat berat mencapai 17.000 unit sedangkan realisasi produksi menyentuh 7.947 unit.
Pada 2017, produksi alat berat untuk kebutuhan konstruksi dan pertambangan naik signfikan. Dari catatan Hinabi, secara total anggotanya mencatatkan pertumbuhan 52,5% dibandingkan dengan capaian 2016, menjadi 5.609 unit.
Hydraulic excavator berkontribusi paling tinggi dengan 5.002 unit atau 89,18% dari total volume produksi. Diikuti oleh bulldozer 375 unit, dump truck 151 unit, dan motor grader 81 unit.
“Rencana produksi pada 2017 adalah 4.400 unit. Aktualnya sampai 5.609 unit,” sebut Jamaludin.
Sektor pertambangan diperkirakan masih memberikan kontribusi terbesar sepanjang tahun ini. Tidak seperti untuk keperluan konstruksi, alat berat pertambangan perlu dilakukan peremajaan setidaknya satu tahun sekali.
Masa pakai alat berat untuk kegiatan pertambangan berkurang drastis dibandingkan dengan peruntukan pembangunan infrastruktur. Selain itu, para pengusaha konstruksi juga sering kali tidak membeli alat berat, tapi lebih memilih opsi sewa.