Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mobil Penumpang Topang Pembiayaan MTF

PT Mandiri Tunas FInance (MTF) mencatat penjualan kendaraan hingga akhir triwulan III/2016 didominasi mobil penumpang.nn
Ilustrasi Mandiri Tunas Finance/mtf.co.id
Ilustrasi Mandiri Tunas Finance/mtf.co.id

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Mandiri Tunas FInance (MTF)  mencatat penjualan kendaraan hingga akhir triwulan III/2016 didominasi mobil penumpang.

Ignatius Susatyo, Direktur Utama MTF menuturkan tahun lalu segemen mobil penumpang baru 40% dari total bisnis perusahaan. Adapun mobil niaga menyumbangkan 60% bisnis. Pola ini berubah sepanjang 2016.

"Saat ini mobil penumpang menjadi sumber utama pembiayaan perusahaan. Tercatat segmen ini hingga akhir September 2016 menyumbangkan 80% bisnis perusahaan," ujarnya di Kantor Pusat MTF, Jakarta, Jumat (28/10/2016).

Susatyo menjelaskan peralihan ini, bukan karena perusahaan menolak melakukan pembiayaan mobil niaga. Akan tetapi, kondisi permintaan memang melemah. Dia mengatakan para pengusaha saat ini lebih banyak memaksimalkan kendaraan yang sudah ada tanpa pembelian unit baru.

"Padahal pemerintah menggejot infrastruktur dimana-mana, namun permintaan comercial car malah menurun," kata Susatyo.

Pola ini, kata dia, telah disadari oleh MTF semenjak awal tahun. Untuk itu perusahaan mendorong tenaga pemasar memaksimalkan potensi pembiayaan mobil penumpang.

Sementara hingga akhir triwulan III/2016, Susatyo mengatakan pihaknya telah membukukan pembiayaan Rp13,4%. Jumlah ini tumbuh 11,84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Jadi hingga 30 September kemarin lending kita tumbuh Rp1,9 triliun jika dibanding September tahun lalu," katanya.

Dengan capaian ini, Susatyo optimis dapat mencapai target Rp18 triliun yang ditetapkan pemegang saham. Pasalnya saat ini rata-rata pembiayaan MTF berkisar Rp1,5 triliun perbulan.

Sementara untuk pembiayaan bermasalah net perusahaan, tercatat sebesar 0,86%. Jumlah ini, kata Susatyo secara persentase lebih rendah di bandingkan tahun lalu yang mencapai 0,9%. Namun dibandingkan triwulan sebelumnya, jumlah kredit bermasalah ini relatif sama. Namun angka ini lebih baik dibandingkan ketentuan otoritas dimana NPF maksimal sebesar 5%.

"Kami berusaha menekan kredit dengan menseleksi nasabah [lebih ketat]," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler