Bisnis.com, LIUZHO–Lain lubuk lain ikannya. Peribahasa ini sepertinya cocok untuk menggambarkan pasar mobil di China dan Indonesia yang masing-masing punya karakteristik pembeli. Ya, konsumen mobil di negaran ini tampaknya punya perbedaan, utamanya dalam hal cara pembelian.
Di China, khususnya pembeli mobil di Liuzhou, Ghuangxi, ternyata lebih suka membeli kendaraannya dengan cara tunai (cash), sedangkan pembeli mobil di Indonesia lebih banyak dilakukan secara kredit (cicilan).
“Sedikit yang membeli secara cicilan. Lebih dari 70% pembelian di sini dilakukan secara tunai,” ujar Zhong Zhen General Manager Liuzho Shuangxing—diler utama Wuling dan Baojun di Liuzhou, Guangxi, Jumat (19/2/2016).
Liuzho Shuangxing memiliki 31 diler kelas A, dan 23 diler kelas B. Perusahaan dengan sekitar 300 karyawan ini pada tahun lalu mencatat penjualan mobil baru Wuling dan Baojun sebanyak 37.423 unit.
Zhong Zhen mengatakan masyarakat di China menilai pembelian mobil dengan cicilan kurang menguntungkan, karena ada beban bunga. Selain itu, mobil dinilai akan mengalami penurunan nilai ekonomis, berbeda dengan properti.
"Orang di sini berpikir bahwa membeli mobil yang nilai ekonomis dan umur fungsionalnya berkurang setiap tahun harus dibayar tunai. Sebab, suku bunga yang dibayar tidak turun meskipun sudah bertahun-tahun dibayar," tuturnya.
Menurutnya, dengan fakta seperti itu konsumen di China mengaku tak ingin memikul beban dua kali - pembayaran bunga dan penurunan nilai mobil, secara bersamaan saat membeli mobil. Terlebih bunga yang dipatok lembaga pembiayaan mencapai 9% -12%. Sedangkan bunga bank 3% - 5%.
"Bunga segitu itu dirasa cukup tinggi oleh konsumen di China," kata dia. Jadi, ketimbang membeli kredit, mereka umumnya akan menunggu punya uang terlebih dulu, misalnya dengan cara menabung, sebelum membeli mobil yang mereka impikan. ()