Bisnis.com, JAKARTA - Saham sejumlah manufaktur otomotif terbesar asal Jerman seperti Volkswagen AG, BMW AG, dan Daimler AG anjlok di tengah melemahnya perekonomian China.
Kemerosotan para produsen asal Jerman terbesar merupakan penurunan terbesar di pasar Eropa. Hal tersebut menyebabkan indeks otomotif dan onderdil di Euro Stoxx turun hingga ke level paling rendah sejak Oktober 2015.
Saham Volkswagen jatuh 4,9%, sementara saham BMW anjlok 5%, dan saham Daimler, yang merupakan induk perusahaan dari Mercedes Benz, merosot 4,8%.
"Devaluasi masif dari mata uang China saat ini dinilai sebagai ancaman paling besar terhadap perekonomian global dan menjadi alasan terjadinya panic selling," kata Arndt Ellinghorst, seorang analis Evercore ISI yang berbasis di London, Inggris.
Arndt juga menilai bahwa penurunan 20% nilai Yuan akan berdampak setara dengan kerugian sekitar 5,5 miliar Euro atau senilai US$6 miliar dalam total keuntungan dari para produsen otomotif asal Jerman tersebut.
China, yang merupakan pasar otomotif terbesar di dunia serta menjadi pembeli terbesar otomotif asal Jerman, sempat menghentikan perdagangan saham setelah kurang dari 30 menit menyusul aksi jual yang terjadi akibat bank sentral China memangkas suku bunga acuan Yuan.
Keadaan tersebut meningkatkan sejumlah kekhawatiran yang semakin menenggelamkan perekonomian China lebih dalam.
China memiliki peran penting terhadap rencana ekspansi sejumlah manufaktur otomotif besar seperti PSA Peugeot Citroen dan Fiat Chrysler Automobiles NV. Saham keduanya turut merosot sebesar 5,2% dan 3,4% masing-masing.
"Jika situasi seperti ini terus berlanjut, maka hal tersebut akan memberatkan penjualan lebih lama dan mempengaruhi para manufaktur," kata Sascha Gommel, seorang analis Commerzbank AG yang berbasis di Frankfurt via telepon.