Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan multifinance memperkirakan pada 2016 sektor pembiayaan sepeda motor akan bergerak relatif datar.
Suhartono, Presiden DirekturPT Federal International Finance (FIFGroup) mengatakan riset asosiasi menunjukan tren penjualan sepeda motor di 2016 relatif datar. Hal ini membuat perusahaan pembiayaan juga tidak memasang target optimis tahun depan.
"Planning 2016 sementara kami putuskan sama dengan 2015," kata Suhartono di Jakarta, yang dikutip Rabu, (23/12/2015).
Dia mengatakan dalam kesempatan terpisah penjualan sepeda motor relatif melambat. Terutama untuk wilayah yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari komoditas. Akan tetapi area Jawa dan Bali yang ekonominya berbasis produksi barang dan jasa maka pembiayaan tetap tumbuh relatif stabil.
FIF sendiri, kata Suhartono, hingga September 2015 tetap membukukan kinerja yang tumbuh. Ini terlihat hingga total pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp21,2 triliun atau tumbuh 8,1% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp19,6 triliun.
"Laba kan belum sampai Desember [perhitungannya], kalau persepsi kurang lebih Rp1,5 triliun," katanya.
Riset dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memperkirakan hingga akhir 2015 jumlah sepeda motor yang terjual mencapai 6,5 juta. Jumlah ini turun dari capaian 2014 sebesar 7,8 juta. Sedangkan hingga November 2015 jumlah motor yang terjual mencapai 5,9 juta.
Dari jumlah penjualan hingga November ini sepeda motor Honda tercatat terjual 4,1 juta unit, Yamaha 1,6 juta unit, Suzuki 103.475, kawasaki 109.925 serta TVS 9.575 unit.
Djaja Suryanto Sutandar, Presiden Direktur WOM Finance mengatakan melihat trend yang terjadi maka di 2016 perusahaan lebih fokus menjaga kualitas dan meningkatkan efisiensi.
"Targetnya tidak berubah banyak, seperti 2015 sekitar Rp6,1 triliun," katanya.
Dia mengatakan pihaknya mengharapkan di 2016 terjadi perbaikan ekonomi sehingga penjualan sepeda motor kembali meningkat. Namun untuk mengejar target laba, perusahaan kata Djaja, akan melakukan sejumlah perbaikan seperti komponen harga. Selain itu pihaknya akan meningkatkan efisiensi dengan menekan coat of credit.
"Syaratnya pembiayaan harus benar dan sehat," katanya.
Djaja juga mengatakan pihaknya akan melakukan optimalisasi proses dan meningkatkan produktifitas. Melakukan pembenahan sumber daya manusia serta update kemampuan IT.
"Yang akhirnya meningkatkan efisiensi," katanya.
Hingga triwulan III/2015 WOM Finance telah membiayai 439.000 unit motor baru dan bekas atau tumbuh 0,2%. Pada 2014 pada periode yang sama sebesar 438.000 unit. Sedangkan pendapatan perusahaan naik 11,1% menjadi Rp1,27 triliun dari periode sebelumnya Rp1,14 triliun.
Namun, meningkatnya kinerja penjualan tidak diiringi dengan kualitas. Tercatat kredit bermasalah (NPL) tumbuh menjadi 2,95% di September 2015. Padahal akhir 2014 NPL perusahaan tercatat sebesar Rp2,75%.
Akibatnya, pencadangan perusahaan juga harus ditingkatkan. Disaat yang sama cost of fund naik 21%. Beban lainnya juga naik 9,4%. Akibatnya profit tergerus habis dari Rp54 miliar menjadi rugi Rp22 miliar di hingga September 2015.
"Estimasi laba di 2015 sebesar Rp10 miliar," katanya.