Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Mobil di Asean Menurun Tipis

Asean Automotive Federation mencatat produksi mobil pada periode Januari-Agustus 2015 mencapai 2,589 juta unit, jumlah itu menurun tipis sekitar 2,7% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 2,660 juta unit
Pabrik mobil. /Bisnis.com
Pabrik mobil. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Asean Automotive Federation mencatat produksi mobil pada periode Januari-Agustus 2015 mencapai 2,589 juta unit, jumlah itu menurun tipis sekitar 2,7% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 2,660 juta unit. Jumlah tersebut diraih dari lima negara di kawasan Asia Tenggara yang terdapat pabrik mobil yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam.

Adapun penjualan mobil di negara-negara Asia Tenggara merosot hingga 7,7% pada periode yang sama.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto menyebut penurunan yang lebih kecil pada produksi terjadi karena beberapa negara mampu menjaga ekspor dengan besaran signifikan. Dia mencontohkan, di Thailand perbandingan ekspor bisa mencapai 50:50 terhadap penjualan di dalam negeri.

Jika dilihat dari masing-masing negara, Asean Automotive Federation (AFF) menyebut penurunan produksi hanya terjadi di Indonesia yaitu minus 15,7%. Pada Januari-Agustus 2015 produksi mobil di Indonesia hanya menapak 740.385 unit.

Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu angkanya mencapai 878.750 unit. Dia berkomentar, Indonesia mengalami penurunan terbesar karena penjualan di dalam negeri terganggu pelambatan ekonomi.

“Dan di sisi lain angka eskpor Indonesia masih sedikit,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (21/10/2015).

Saat ini, lanjut dia, total kapasitas produksi di Indonesia per tahun mencapai 1,9 juta unit. Tahun ini kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan bagi industri memaksa kapasitas produksi yang terpakai hanya di kisaran 1,2 juta unit.

Dari jumlah tersebut, sekitar 1 juta unit ditujukan untuk pasar domestik dan sisanya untuk keperluan eskpor. Sementara itu, Malaysia mengalami pertumbuhan 3,7% dengan membuat 417.654 mobil selama delapan bulan di tahun ini dan 402.688 unit pada kurun waktu yang sama tahun lalu.       

Untuk Filipina produksinya menanjak sebesar 4,7%. Hasil itu diraih dari pembuatan mobil yang mencapai 63.511 pada Januari-Agustus 2015 dan 60.661 pada waktu yang sama tahun lalu. Untuk Thailand, produksinya pada Januari-Agustus 2015 mencapai 1,260 juta unit.

Jumlah tersebut meningkat sekitar 1,3% dibandingkan Januari-Agustus tahun lalu yang hanya 1,244 juta unit. Adapun untuk Vietnam angka produksi Januari-Agustus 2015 melonjak 45,1% menjadi 107.686 unit dari 74.204 unit pada kurun waktu yang sama tahun lalu.

General Manager Marketing Strategy and Product Planning PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Budi Nur Mukmin yang pernah menjadi Country Manager Nissan Malaysia dan Vietnam mengatakan, Indonesia sangat berpengaruh terhadap penurunan angka produksi yang lebih besar dari merosotnya penjualan di kawasan Asia Tenggara.

Pasalnya, dari segi produksi hanya Indonesia saja yang merosot. Penurunan itu pun tergolong tajam, sehingga sangat mempengaruhi total produksi mobil negara-negara yang tergabung dalam Asean Automotive Federation (AAF).

Terlebih, Indonesia menjadi negara produsen mobil kedua terbesar setelah negeri Gajah Putih. Di sisi lain dia pun menyebut produksi mobil harus dilihat dari masing-masing negara. Mengamini Jongkie, dia pun menilai Indonesia masih jago kandang karena eksspor yang masih relatif kecil.

Sementara itu dia menilai, Thailand lebih bisa mempertahankan produksinya padahal dari situasi ekonomi di sana mengalami pelambatan seperti di Tanah Air. Hal itu karena Thailand dipercaya banyak prinsipal menjadi pemasok mobil-mobil ke pasar global. Padahal penjualan di pasar domestik Thailand pada periode yang sama tengah menurun 15,1%.

“Thailand produksinya tidak masalah karena ekspor ke Amerika dan Eropa lagi tinggi. Sehingga pasar ekspor bisa menutupi pelambatan pasar domestik jadinya jumlah produksi masih tumbuh,” ujarnya kepada Bisnis dalam kesempatan berbeda.

Sementara itu, untuk Malaysia dia menilai produksi dengan daya serap pasar masih cukup berimbang. Walaupun dari penjualan di negri jiran tersebut menurun 2,3% pada periode yang sama, selisih pertumbuhan produksi di sana menurut Budi digunakan sebagai setok yang angkanya pun masih sehat.

Untuk Filipina Budi mengatakan, di negara tersebut bisa bertumbuh karena produksinya kecil, sehingga bisa diserap pasar dengan mudah. Padahal penjualan di sana pada Januari-Agustus 2015 hampir menembus 180.000 unit naik 20,4% dari periode yang sama 2014 yang hampir menembus 149.000 unit.

“Di Filipina 60%-70% itu CBU jadi penjualannya besar, produksinya kecil. Sehingga jumlah produksi bisa tumbuh karena lebih mudah diserap pasar,” tuturnya.

Sementara untuk Vietnam dia menilai produksi bisa tumbuh karena mengikuti pasar yang juga bertumbuh pada periode yang sama sebesar 62,5%. Dia menambhakna, pertumbuhan di sana relatif tinggi karena ekonomi negara tersebut terpacu investasi dari luar yang memang gencar ditarik pemerintah setempat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler