Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mandatori Biodiesel Harus Dibarengi Penaikan Standar Emisi

Penerapan peningkatan mandatori biodiesel di dalam solar dikeluhkan sementara kalangan karena tidak dibarengi dengan perbaikan standar emisi.
Ilustrasi/Bisnis-Alby Albahi
Ilustrasi/Bisnis-Alby Albahi

Bisnis.com, TANGERANG—Penerapan peningkatan mandatori biodiesel di dalam solar dikeluhkan sementara kalangan karena tidak dibarengi dengan perbaikan standar emisi.

Sementara itu, pemerintah mengklaim biosolar dengan campuran biodiesel sampai 20% tetap aman terhadap kinerja mesin. Tapi, di atas kisaran ini tampaknya butuh penyesuaian spesifikasi mesin agar saling kompatibel.

Konsekuensi tersebut mampu dipenuhi produsen otomotif tetapi standar Euro 2-lah yang menghambat. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian spesifikasi mesin, artinya standar emisi gas buang pun naik level dari Euro 2.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto berpendapat yang menjadi masalah adalah peningkatan mandatori biodiesel di dalam solar tidak dibarengi perbaikan standar emisi. Tahun ini mandatori di level 15% atau B15, tahun depan dipatok 20% atau B20.

“Mau langsung Euro 5 sekalipun, kalau industri sudah siap. Tapi pemerintah saat bicara soal bahan bakar hemat energi tetapi kita masih Euro 2,” katanya di sela Konferensi Internasional Industri Otomotif Indonesia ke-10, di Gedung ICE BSD City, Tangerang Selatan, Selasa (25/8/2015).

Indonesia sekarang menganut Euro 2. Level ini ketinggalan zaman dibandingkan negara tetangga seperti Singapura Euro 5 serta Thailand dan Malaysia Euro 4. Tanpa mendorong peningkatan standar emisi, pemerintah terus meningkatkan utilisasi BBN biosolar.

Jongkie mencontohkan suatu basis produksi kendaraan diesel di Indonesia mengkonfirmasi kepada pabrikan pusatnya perlu ada penyesuaian mesin mengikuti B20.

Pusat manufaktur menjawab tidak masalah karena teknologinya memang sudah dikembangkan.

Kendala selanjutnya ialah mesin yang kompatibel dengan biodiesel 20% atau lebih harus berstandar Euro 3 ke atas.

“Mereka tetap bisa buatkan untuk kita tetap berstandar Euro 2, tetapi ada development cost tambahan. Jadinya kan kami yang dirugikan,” ucap Jongky.

Gaikindo menilai pengembangan standar emisi Euro 3 dan seterusnya bukan hal sulit bagi Indonesia.

Hal ini tinggal menunggu komitmen pemerintah dan Pertamina. Dari segi harga kendaraan diyakini tidak akan berselisih banyak terhadap Euro 2.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper