Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Populasi IKM Komponen Otomotif Terus Berkurang

Industri kecil dan menengah komponen otomotif yang terdaftar dalam Perkumpulan Industri Komponen Otomotif (PIKO) terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Euis Saedah./Antara
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Euis Saedah./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Industri kecil dan menengah komponen otomotif yang terdaftar dalam Perkumpulan Industri Komponen Otomotif (PIKO) terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Euis Saedah mengatakan hingga kini hanya ada 70 IKM yang terdaftar, 30% di antaranya tiarap dan 7% mati suri akibat kesulitan bersaing.

“Ini semakin lama semakin sedikit. Dulu ada 120, turun jadi 100 dan sekarang tinggal 70 [pelaku industri],” ujarnya dalam diskusi dan eksibisi industri komponen bertajuk Pengembangan Pemasok Industri Manufaktur Sub Sektor Industri, Senin (6/7/2015).

Dia mengatakan industri mobil dan sepeda motor terus bergeliat dari tahun ke tahun. Namun, hal serupa tidak berbanding lurus dengan industri komponennya, terutama dari kalangan IKM.

Menurutnya, IKM komponen di Indonesia perlu ditetapkan definisi tersendiri sebab PIKO berbeda dengan pengertian IKM sektor lain yang serapan tenaga kerja dan kebutuhan modalnya cukup jauh dibandingkan PIKO.

“Kalau mereka serapan tenaga kerjanya sekitar 100 orang per industri. Modalnya juga besar, beda dengan industri lain. Kalau lihat Jepang dan China, IKM-nya besar. Tidak seperti kita,” ujarnya.

Dia mengatakan pembedaan ini kerap memengaruhi akses IKM komponen sehingga perlu ada satu definisi baru untuk pelaku industri tersebut.

Sekretaris Koperasi Industri Komponen Otomotif Rony Hermawan mengatakan selama ini yang jadi kedala antara lain sulitnya bahan baku, suku bunga tinggi bagi IKM serta pembelian dalam dolar.

Selain itu, dia menjelaskan masuknya produsen komponen otomotif asal Negeri Sakura juga memengaruhi tingkat daya saing lokal.

“Mereka produksi barang yang sama dengan yang sudah ada, harga mereka lebih mahal. Tapi tetap yang digunakan barang mereka. Industri yang ada saja susah bertahan, apa lagi yang mau jadi entrepreneur baru,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Shahnaz Yusuf
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper