Bisnis.com, JAKARTA-- Di Jakarta, motor menjadi salah satu kendaraan andalan untuk menembus kemacetan. Tak heran bila jumlah pengguna kendaraan ini terus meningkat tiap tahunnya.
Data Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi DKI Jakarta menyebutkan jumlah kendaraan bermotor di Ibu Kota diperkirakan mencapai 16 juta unit, dengan jumlah operasional sepeda motor mencapai kurang lebih 8,7 unit.
Sayangnya, penambahan jumlah sepeda motor setiap tahunnya tidak serta merta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berkendara. Data World Health Organization (WHO) pada Januari 2014 menyebutkan Indonesia menjadi negara ke-5 dengan jumlah kematian akibat kecelakaan terbanyak di dunia, yang tiap tahunnya kehilangan hingga 400.000 nyawa remaja di bawah 25 tahun.
Kesadaran untuk berkendara secara aman memang patut ditanamkan sedini mungkin, mengingat di Indonesia banyak remaja di bawah umur yang sudah bisa mengendarai sepeda motor meski belum mengantungi Surat Izin Mengemudi (SIM).
Terkait dengan hal tersebut, berikut beberapa kiat berkendara sepeda motor secara aman yang disampaikan oleh pendiri sekaligus instruktur Jakarta Defensive Driving Consultant (JDCC) Jusri Pulubuhu saat kegiatan sosial bertajuk Total Safety Riding Clinicdi SMAN 2 Jakarta, belum lama ini.
"Kuncinya adalah menjaga keseimbangan. Jusri memaparkan, bahwa sesungguhnya sepeda motor tidak mengenal kata stabil. Seseorang yang mengendarai sepeda motor ibaratnya seperti seorang akrobat yang berjalan meniti tali," ujarnya.
Untuk menjaga keseimbangan , ada tiga kiat yang bisa dilakukan. Pertama, kenali lintasan Anda. Menurut Jusri, sebetulnya jalan raya jauh lebih berbahaya ketimbang sirkuit balap. Ada banyak hambatan yang tak terduga di jalan raya, mulai dari angkutan umum yang berhenti sesuka hati, penyeberang jalan, dan masih banyak lainnya.
Oleh karena itu, pastikan tatapan Anda lurus ke depan, menjelajahi jalan raya di depan seluas mungkin. Tatapan lurus ke depan terbukti selain membantu pengendara melakukan identifikasi bahaya sedini mungkin, juga lebih efektif dalam menjaga keseimbangan. Hal ini mirip seperti seorang pesilat yang kuda-kudanya akan lebih kuat jika matanya menatap lurus ke depan, ketimbang pandangannya ke bawah.
Kedua, kenali motor Anda sebaik mungkin, bagaimana pergerakannya, kecepatan rodanya, dan sebagainya. Ketiga,posisikan tubuh Anda senyaman mungkin ketika berkendara, dengan memiliki posisi duduk yang ergonomis.
Maksudnya, punggung tegak lurus, dengan kedua pergelangan tangan rileks di setir, dan kedua kaki diposisikan pada tempatnya tanpa perlu membuka kedua kaki dengan lebar secara berlebihan. Jangan juga iseng menempatkan kaki Anda pada tempat kaki boncengan, karena hal ini akan mengganggu keseimbangan.
Pastikan juga Anda menggunakan perlengkapan keamanan (safety gears) yang lengkap, mulai dari helm, celana panjang, sepatu, dan jaket. Meski terkesan sepele, jaket dan celana panjang (terlebih yang berbahan jeans) berfungsi sebagai pelindung kulit Anda ketika terjadi kecelakaan.
Waspadai titik buta (blind spot) kendaraan Anda. Hal ini berlaku baik bagi sepeda motor maupun mobil. Fungsikan spion dengan baik. Yang tak kalah pentingnya, jangan segan untuk menoleh ke kaca spion setiap kali ada kendaraan lain di belakang mengklakson motor Anda.
Gunanya untuk memberi tanda bahwa Anda menyadari keberadaan pengendara lain di titik buta tersebut, sekaligus mempersilakannya untuk mendahului Anda. Ini adalah semacam kode untuk menyiasati luas pandang kaca spion yang terbatas.
Di sisi lain, para pembonceng juga perlu untuk memperhatikan faktor keamanan. Menurut ayah enam anak ini, posisi duduk paling aman bagi para pembonceng adalah dengan menghadap ke depan. Posisi ini akan jauh lebih seimbang ketimbang duduk menyamping.
Selain itu, tangan para pembonceng dianjurkan untuk berpegangan pada pinggul sang pengendara. Jika sungkan, maka cukup berpegangan pada besi jok tempat duduk yang terletak di sisi kiri dan kanan. Posisi kaki juga harus mengapit pinggul pengendara. Hal ini guna mencegah terpentalnya pembonceng apabila terjadi kecelakaan.