Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NISSAN MOTOR: "Perang Diskon", Penjualan Turun Drastis 43,2%

Penjualan Nissan pada periode Januari-September 2014 turun drastis 43,2% dari periode yang sama tahun lalu disinyalir akibat perang diskon

Bisnis.com, JAKARTA—Penjualan Nissan pada periode Januari-September 2014 turun drastis 43,2% dari periode yang sama tahun lalu disinyalir akibat “perang diskon”.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merilis, periode Januari-September 2014 secara wholesales PT Nissan Motor Indonesia (NMI) hanya membukukan 27.391 unit penjualan. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu mencapai 48.242 unit.

Jumlah penjualan sebanyak 27.391 unit menjadi yang terkecil dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Sebagai catatan, pada periode yang sama pada 2012 penjualan pabrikan Jeppang tersebut mencapai 51.877 unit.

General Manager Marketing Strategy and Public Relations PT NMI Budi Nur Mukmin mengatakan, penurunan tersebut tejadi karena adanya “perang diskon” di tataran retailsales. Dari informasi yang dirangkum Bisnis, pasar otomotif domestik tahun ini cenderung stagnan.

Situasi politik yang berpengaruh dominan pada kondisi ekonomi membuat konsumen cenderung menahan pembelian mobil. Untuk merangsang daya beli, diler sebagai kepanjangan tangan agen pemegang merek (APM) melakukan strategi promosi salah satunya diskon.

Gaikindo mencatat, wholesales periode Januari-September mencapai 932.943 unit. Akan tetapi penjualan ke tangan konsumen hanya tercatat sekitar 897.000 unit. Hal ini mengindikasikan ada kelebihan pasokan.

Sembilan bulan terakhir terdapat stok sekitar 36.000 unit. Total stok yang beredar saat ini antara 53.000 - 54.000 unit, karena ada tambahan stok dari tahun lalu sekitar 17.000 unit. Beberapa pelaku usaha bahkan meyakini diskon yang besar menandakan stok melebihi satu bulan penjualan sebagai patokan normal. Rata-rata total pasar per bulan dalam periode yang sama adalah 103.660 unit.

“Kami tidak dapat bersaing sehat dengan adanya diskon besar-besaran. Sebagai contoh, penjualan terbesar kami ada pada Grand Livina. Tapi konsumen tidak peduli kepada kelebihan produk tersebut dan lebih memilih yang harganya lebih murah karena diskon,” kata Budi kepada Bisnis, Selasa (4/11/2014).

Budi mengatakan dalam jangka panjang diskon berlebihan akan merusak pasar. Diskon menyebabkan resale value menurun. Ketika itu terjadi, brand image sebuah produk terkesan miring di mata konsumen.

Budi menyebutkan rusaknya pasar karena diskon pernah terjadi di Amerika Serikat dan Australia. Diskon penjualan otomotif di kedua negara itu pernah menjadi yang terbesar di dunia. Meski demikan Budi tidak menyebut angka psti pasar yang terganggu.

“Diskon di sana paling tinggi. Jeblok pasar karena pengaruh diskon,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper