Bisnis.com, JAKARTA — Produsen otomotif membutuhkan kepastian rencana penaikan harga bensin bersubsidi yang berpotensi membuat penjualan turun 10% - 15% per bulan.
Harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dikabarkan bakal naik sekitar Rp3.000 per liter pada tahun ini alias sebelum memasuki Januari 2015. Pebisnis menilai kebijakan ini akan menjadi shock therapy bagi pengguna kendaraan pribadi.
Kebijakan itu tidak hanya berdampak terhadap konsumsi BBM subsidi tetapi juga minat beli kendaraan. Tapi kondisi ini diperkirakan tidak berlangsung lama hanya sekitar dua hingga tiga bulan pertama sejak harga BBM naik.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman M.R. mengatakan penaikan harga bensin ditambah depresiasi rupiah terhadap dolar AS akan memengaruhi laju inflasi yang akhirnya berimbas kepada daya beli masyarakat.
"Penjualan yang tadinya per bulan bisa 100.000 unit bisa berkurang menjadi 85.000-an. [Jika harga BBM naik pada November] penjualan bisa berkurang 30.000-an unit," tuturnya, di Jakarta, Kamis (30/10/2014).
Kendati terjadi penurunan tetapi akumulasi penjualan sepanjang tahun ini diyakini tetap sesuai target di kisaran 1,2 juta unit. Gaikindo mencatat selama Januari - September terjual 932.943 unit mobil dari pabrikan ke diler (wholesales).
Perkembangan pasar otomotif domestik tersokong kendaraan bermotor hemat bahan bakar dan harga terjangkau (KBH2). Produk ini berperan sekitar 13,5% dari total penjualan selama sembilan bulan terakhir.
Sudirman menyatakan 70% konsumen KBH2 mayoritas orang yang baru pertama memiliki mobil. Hal ini menunjukkan daya beli konsumen domestik pada umumnya baru mencapai level KBH2 alias low cost and gren car.