Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mobil Listrik Karya Mahasiswa ITS Siap Diuji Coba

Dalam pameran mobil listrik itu ditampilkan dua prototipe mobil listrik karya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya yang diberi nama Ezzy ITS 1 dan Ezzy ITS 2. Pameran ini merupakan bagian dari Tour de Java Mobil Listrik Nasional, 2-6 Mei 2014.
Salah satu mobil listrik karya mahasiswa/ilustrasi
Salah satu mobil listrik karya mahasiswa/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Pengembangan mobil listrik nasional membutuhkan keseriusan dukungan pemerintah untuk meningkatkan daya saing dari negara lain. 

Pernyataan tersebut disampaikan Muhammad Fausal Kahar, Dewan Riset Daerah (DRD) DKI Jakarta, di acara Pameran Mobil Listrik Nasional ITS di Jakarta, Rabu (30/4/2014). 

"Kita ini kaya dengan sumber daya seperti matahari, air, arus laut, tapi mengapa tidak mampu membuat teknologinya," tutur Sekretaris Komisi B DRD DKI Jakarta ini. 

Dalam pameran mobil listrik itu ditampilkan dua prototipe mobil listrik karya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya yang diberi nama Ezzy ITS 1 dan Ezzy ITS 2. Pameran ini merupakan bagian dari Tour de Java Mobil Listrik Nasional, 2-6 Mei 2014. 

"Kami telah memulai riset dan pembuatan prototipe sejak 2012," ujar Muhammad Nur Yuniarto, dosen pembimbing mahasiswa tim mobil listrik kepada Bisnis.com. Pada Januari 2013 timnya telah meluncurkan prototip mobil listrik yang diberi nama EC-ITS. 

ITS merupakah salah satu dari lima PTN yang ditunjuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan riset mobil listrik nasional.

Empat PTN lain adalah Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Sebelas Maret.

"Tahun ini masih dilakukan pemetaan dari tiap PTN. Dari situ nanti diketahui kekuatan tiap PTN sehingga tahun 2015 bisa bersinergi," kata pria kelahiran Purworejo, 1975 ini. 

Biaya pengembangan mobil listrik diakuinya murni bersumber dari Kemendikbud. "Total kami dikasih Rp5 miliar," kata Nur Yuniarto.

Namun dia tidak ingin orang awam salah tafsir tentang biaya ini. "Bukan berarti harga satu mobil listrik Rp2,5 miliar. Biaya segitu termasuk riset. Nanti orang berpikir untuk apa buat mobil listrik kalau lebih mahal dari mobil bensin, " kata dosen Jurusan Teknik Mesin ITS ini. Kalau diproduksi masal, lanjutnya, harga satu mobil akan lebih murah. 

Nur Yuniarto mengakui peran pemerintah sangat besar untuk pengembangan mobil listrik. Pemerintah Tiongkok, Nur Yuniarto mencontohkan, misalnya mengalokasikan Rp10 triliun per tahun untuk riset mobil listrik  Dia berharap program mobil listrik tetap berlanjut seandainya pemerintahan berganti usai Pilpres 2014.

"Kita ini tidak punya arah kebijakan. Ganti pemerintah, ganti kebijakan," keluhnya. Jika pemerintah konsisten dia memprediksi produksi massal dapat dilakukan sekitar 10 tahun lagi. 

Namun, seandainya pemerintah mendatang tidak melanjutkan program mobil listrik, Nur Yuniarto dan timnya akan jalan terus, salah satunya dengan menggandeng swasta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper