Bisnis.com, JAKARTA—Meskipun menuai banyak kontroversi, penjualan mobil dengan harga terjangkau dan hemat energi (LCGC) terus tumbuh. Sejak hadir di pasar tanah air pada akhir tahun lalu, LCGC sudah memberikan pemasukan kas negara melalui pajak sebesar Rp800 miliar.
Hal ini menjawab stigma buruk terhadap LCGC yang dinilai berpolemik karena karena tidak dikenai pajak pertambahan nilai barang mewah (PPNBM). Menurut Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto, para kritikus LCGC harusnya melihat kendaraan model ini secara lebih objektif.
Dia berpendapat, selain menyumbang pada negara melalui pajak, LCGC pun membuka keran investasi. Dengan adanya segmentasi kendaraan LCGC, telah membuka peluang dibangunnya pabrik mobil dan komponen lokal.
“Dari awal sudah terjual kurang lebih 80.000 unit, dengan total Rp8 triliun. Meskipun bebas PPNBM, ada PPN 10%. Jadi sudah menymbang kas negara sebesar Rp800 miliar. Setelah 5 tahun itu komponennya harus lokal. Kita mendapat alih teknologi pula, diajarin LCGC. Ini kan membuka lapangan kerja,” tuturnya.
Selain menyetor pajak ke kas pusat, penjualan LCGC pun memberi berkah buat kas pemerintah daerah. “Pemda pun dapat pemasukan dari bea balik nama dan PKB sebesar 10%,” ujarnya.
Jongkie menambahkan, sejak Oktober 2013 hingga Maret 2014, pemasukan kas pemerintah pusat dan daerah sudah mencapai Rp1,6 triliun.