Bisnis.com, JAKARTA--Kalangan agen tunggal pemegang merek (ATPM) mobil menilai serapan Premium sepeda motor lebih boros ketimbang mobil hemat bahan bakar dengan harga terjangkau (low cost and green car/LCGC).
“Walau LCGC pakai BBM subsidi sekalipun dampaknya [tak merugikan] kuota BBM subsidi [karena lebih irit daripada tipe mobil lain]. Soal pembengkakan Premium, sepeda motor itu lebih boros dong,” ujar Presiden Komisaris PT Indomobil Suzuki Internasional Soebronto Laras kepada Bisnis, Jumat (4/4/2014).
Menurutnya, dengan penguasaan lebih dari 60% terhadap total pasar sepeda motor Indonesia, skutik berpeluang lebih boros dalam mengonsumsi bensin subsidi. Sebab, kuda besi ini menghabiskan bahan bakar lebih banyak ketimbang motor bebak (underbone).
Sepanjang tahun lalu, dengan total penjualan sepeda motor 7,8 juta unit, 63% di antaranya adalah skuter matik setara 4,9 juta unit. Sedangkan underbone hanya berkontribusi 22,8% sama dengan 1,8 juta unit, dan motor sport 1,1 juta unit atau 14,2%.
“Semakin banyak orang yang suka memakai skutik maka konsumsi bensin sebetulnya akan lebih boros. Terlebih motor sport tren penjualannya juga terus naik, dan ini juga boros bensin,” ucap Soebronto.
Sekalipun LCGC meminum BBM subsidi, populasi kendaraan ini kurang dari 1% (+/- 90.000 unit) dari total mobil yang beredar sekitar 10 juta unit. Sehingga, tak tepat jika LCGC dianggap biang keladi borosnya konsumsi bensin subsidi.