Bisnis.com, JAKARTA—Ketimbang melokalisasi produksi di Indonesia, Kia memilih impor kendaraan secara utuh karena lebih ekonomis. Merek asal Korea Selatan itu selalu menambah varian baru produknya yang didatangkan berwujud completely build-up (CBU).
Direktur Pemasaran PT Kia Mobil Indonesia (KMI) Hartanto Sukmono mengatakan saat ini impor CBU dinilai lebih menguntungkan. “Tapi kalau ke depan profit Kia terus lebih baik [terbuka peluang] kami akan investasi pabrik,” katanya kepada Bisnis, Sabtu (1/3/2014).
Pemerintah, melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin), menginginkan lebih banyak prinsipal otomotif yang menjadikan RI sebagai basis produksi. Tujuannya, untuk mengembangkan industri otomotif dan komponen domestik demi mencapai produksi mobil 2 juta unit pada 2017.
Bagi KMI selaku agen tunggal pemegang merek (ATPM) Kia tak bisa berbuat banyak untuk mendorong lokalisasi produksi merek Kia di Indonesia. Sebab, perkara investasi pabrik semacam ini berada di tangan prinsipal pusat di Korsel.
“Untuk mementukan produk yang masuk ke Indonesia dipilih yang ekonomis saja. Sedangkan opsi impor kendaraan terurai [perakitan lokal] tergantung peraturan [belum pewajiban dari pemerintah],” ujar Hartanto.
Apalagi Kia Motor Corp. (KMC) sedang fokus melebarkan bisnis di China. Pasalnya, penjualan di Negeri Tirai Bambu jauh lebih prospektif ketimbang RI mencapai kisaran 450.000 unit pada 2013.
Tahun ini, KMC menargetkan peningkatan penjualan global 1,4% menjadi 2.746.643 unit. Pendorong utamanya berasal dari penjualan domestik di Korsel ditambah ekspor untuk semua line up produk.