Bisnis.com, JAKARTA − Kalangan agen tunggal pemegang merek tengah mempertimbangkan untuk menaikkan harga jual mobil, menyusul dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan penaikan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 7,00 %.
Ketua III Gabungan industri kendaraan bermotor Indonesia (Gaikindo) Jhonny Darmawan menerangkan potensi kenaikan harga jual mobil diperkirakan akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Penaikan harga jual mobil akan lebih karena terpengaruh dari produk yang di impor dari luar negeri dalam bentuk utuh (CBU).
“Kalau kurs dolar diatas Rp11.000 tetap berjalan dalam beberapa pekan ke depan, maka harga jual mobil pasti naik,” ungkapnya, Minggu (1/9/2013).
Dia memaparkan di samping mobil yang diimpor dalam bentuk utuh (CBU), produsen mobil yang memproduksi mobilnya dalam negeri juga turut berimbas akibat beberapa komponen mobil yang harus didatangkan dari luar Indonesia.
Selain itu, lanjutnya, suku bunga bank yang terus naik sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 7,00 % turut memicu besarnya pembiayaan kredit mobil.
Menurutnya, dengan suku bunga yang meningkat maka lembaga pembiayaan yang selama ini memberikan kredit pasti akan menaikkan bunga kredit mobil. Apalagi, sambungnya, dari 80 % konsumen yang membeli mobil menggunakan cara kredit.
Namun, Jhonny belum memastikan besaran kenaikan dan kapan kepastian kenaikan karena masih membaca situasi moneter yang terus berlangsung. “Kita berharap agar tidak terjadi lama sehingga tidak sampai naik harga jual mobil,” ungkapnya.
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Rahmat Samulo mengatakan melemahnya rupiah pasti juga akan berdampak di harga produk Toyota. Namun, dampak yang diterima TAM tidak sebesar Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) lain yang lebih besar masih mengandalkan impor.
“Produk TAM sebagian besar sudah diproduksi di dalam negeri seperti Avanza dan Innova yang laris di pasaran domestik. Hal itulah yang membuat pelemahan rupiah berdampak kecil terhadap produk-produk Toyota,” ungkapnya.
Namun, Samulo mengatakan, pihak TAM masih terus berupaya untuk mengendalikan harga saat ini meskipun biaya produksi sudah mengalami kenaikan.
Samulo menambahkan, kenaikan harga dipengaruhi juga oleh kenaikan harga biaya produksi yang meningkat. Oleh karena itu, pihak TAM terus berupaya agar ada kestabilan sehingga tidak mendorong penaikan harga jual mobil.