Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hati-Hati, Penguat Oktan Berbahaya untuk Kendaraan Anda

Bisnis.com, JAKARTA - Sudah menjadi rahasia umum bahwapenggunaan penguat oktan yang dicampur ke dalam bahan bakar minyak di kalangan masyarakat semakin dikenal.

Bisnis.com, JAKARTA - Sudah menjadi rahasia umum bahwapenggunaan penguat oktan yang dicampur ke dalam bahan bakar minyak di kalangan masyarakat semakin dikenal.

Penguat oktan dianggap sebagai cara instan yang dapat mengangkat kandungan RON bensin dengan harga murah.

Dengan mencampurkan zat aditif ini, kandungan oktan bensin di dalam tangki yang hanya setara dengan RON 88 seperti Premium, akan meningkat setara dengan Pertamax yang mengandung RON 92 ke atas. Namun, seperti apa bahaya penguat oktan itu bagi kendaraan?

Menurut pengamatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), produk penguat oktan alias octane booster yang dikonsumsi masyarakat Indonesia masih diimpor dan sebagian besar berjenis octane enhancer non-oxygenated. Produk ini disinyalir berpotensi membahayakan lingkungan.

Indra Chandra Setiawan, Anggota Tim Transportasi, Lingkungan, dan Infrastrukstur Gaikindo, menyatakan octane enhancer non-oxygenated mengandung campuran beberapa unsur logam yang bisa meningkatkan nilai oktan.
Adapun, beberapa unsur organometallic tersebut diantaranya terdiri dari besi (Fe), timbal (Pb), dan mangan (Mn).

Unsur-unsur ini dikenal sebagai logam berat dan sangat berbahaya bagi lingkungan serta kesehatan. Menurut Indra, Gaikindo dengan tegas menolak penggunaan suplemen tersebut karena zat aditif ini dapat membentuk ash-forming (debu) pada mesin.

Padahal, lanjutnya, kendaraan roda empat dewasa ini telah dilengkapi dengan peralatan pengontrol emisi yang sangat rumit. Salah satunya adalah 3-way catalyst dan oksigen sensor untuk gas buang yang mampu melakukan control closed loop yang sangat teliti.

Dengan demikian, pencampuran octane enchancer non-oxygenated akan merusak sensor kendaraan sehingga tidak optimal. “Sistem kendaraan harus bisa dijaga dalam keadaan optimal agar dapat mempertahankan emisi gas buang yang rendah sepanjang usia kendaraan,” katanya.

Menurutnya, penggunaan ash-forming aditif dapat memengaruhi secara signifi kan kondisi operasi katalis dan komponen lainnya termasuk oksigen sensor.

“Akhirnya, penggunaan octane booster non-oxygenated bisa meningkatkan emisi kendaraan,” ungkapnya.

Heru Sutanto Staf Teknik Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), juga mengatakan hal senada.

Menurutnya, bila senyawa tersebut digunakan pada sepeda motor, maka hal itu akan berpengaruh buruk pada kinerjanya.
Kandungan logam berat sepert Fe di dalam penguat oktan ini, lanjutnya, akan membuat busi cepat berkarat sehingga dapat mengganggu proses penyalaan mesin. Kandungan Mn yang dibiarkan menumpuk juga dapat merusak katalisator mesin.

AISI juga melihat penggunaan kandungan bahan bakar di Indonesia harus sesuai dengan emisi gas buang yang telah diatur oleh pemerintah.

Terhitung mulai 1 Agustus 2013, pemerintah menetapkan semua kendaraan sudah memenuhi standar Euro3. Euro 3 adalah Standar Emisi Euro 3 yang merupakan salah satu standar emisi hidrokarbon dan karbon monoksida bagi kendaraan baru serta dapat diterima di negara-negara Uni Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper