Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan mobil pada tahun depan diproyeksikan sangat bergantung pada kinerja ekspor komoditas unggulan Indonesia seperti batu bara dan minyak sawit mentah.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David Sumual mengatakan bahwa kendaraan penumpang, memiliki kaitan erat dengan harga komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Di sisi lain, penjualan kendaraan komersial berkaitan erat dengan harga batu bara.
“Kalau passenger car itu jika ditarik ke belakang data penjualannya itu mirip dengan harga CPO, kalau batu bara itu mirip dengan commercial car, seperti truk dan heavy equipment, jadi perkembangan harga komoditas itu sangat berpengaruh,” ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Menurutnya, keterkaitan penjualan dengan harga komoditas disebabkan oleh cukup bergantungnya ekonomi Indonesia terhadap dua komoditas itu.
“Meskipun komoditas ini tidak di Jawa tapi ada imbas atau pengaruhnya ke Jawa sebagai pasar otomotif paling besar, karena kan pendapatan CPO itu kalau kita lihat korelasi, itu ada 17 juta kepala keluarga yang terkait dengan CPO, itu salah satu indikator saja,” ujarnya.
Kendati demikian, dia menilai masih ada sejumlah harapan untuk pasar otomotif tahun depan. Salah satunya adalah dampak dari kebijakan moneter yang diperkirakan akan terus dilonggarkan hingga tahun depan. Selain itu, harga CPO punya prospek cerah setelah adanya persetujuan tarif impor dengan India.
Faktor pelonggaran moneter, seperti suku bunga dan relaksasi rasio loan to value (LTV) menurutnya akan berdampak signifikan terhadap penjualan mobil. Namun, kebijakan ini memberi dampak berbeda terhadap setiap segmen konsumen.
Dia memaparkan memaparkan konsumen pada segmen atas lebih membutuhkan stimulus seperti diskon dan suku bunga rendah untuk membeli mobil baru. Karakteristik ini berbeda dengan konsumen pada segmen menengah dan bawah yang cenderung lebih mempertimbangkan faktor kebutuhan.